ProSumbawa SUMBAWA BESAR, samawarea.com (2 September 2024) – Dosen Ilmu Politik Universitas Samawa (UNSA), Dr. Ardiyansyah, M.Si, mengungkapkan bahwa, konstelasi politik lokal Sumbawa mulai panas setelah empat bakal pasangan calon melakukan pendaftaran Pilkada Kabupaten Sumbawa Tahun 2024.
Yakni Dewi Noviany – Talifuddin (Novi-Talif) yang diusung PKS, Partai Demokrat dan PPP. Abdul Rafiq – Haji Sahril (RASA) diusung PDIP dan PAN. Haji Mahmud Abdullah-Burhanuddin Jafar Salam (Mo-BJS) yang diusung Partai Golkar dan Partai Gelora. Selanjutnya pasangan Syarafuddin Jarot-Mohammad Ansori (Jarot-Ansori) diusung Partai Nasdem, Partai Gerindra, PKB, Perindo dan PBB.
Dengan telah dilakukan pendaftaran, masyarakat sudah mendapatkan kepastian siapa saja yang bertarung di Pilkada Sumbawa, November 2024 mendatang. Dilihat dari para calon, menurut akademisi yang akrab disapa Doktor Ar, akan ada perang bintang.
Dilihat dari rekam jejak, ini tidak lebih dari pertarungan ulang (rematch) Pilkada dengan formasi calon yang berbeda. Ada lima veteran Pilkada tahun 2020 yang kembali bertarung pada Pilkada 2024 ini, yaitu Haji Mahmud Abdullah, Hj. Dewi Noviany, Syarafuddin Jarot, H. Burhanuddin Jafar Salam dan Talifuddin.
“Kita tau saat Pilkada tahun 2020 lalu, Haji Mahmud Abdullah saat itu berpasangan dengan Dewi Noviany menang tipis melawan pasangan Syarafuddin Jarot-Mokhlis. Pada pilkada tahun 2024 ini, dua pasangan incumbent akan ditantang oleh dua lawan cukup kuat yakni pasangan Rafiq-Sahril dan pasangan Syarafuddin Jarot-Mohammad Ansori,” ungkapnya.
Jika melihat Pilkada per hari ini, sambung Doktor Ar, semua calon memiliki peluang yang sama. Apalagi Sumbawa tidak ada kekuatan politik dominan yang basisnya kuat secara ideologis maupun mengakar secara kultural. Pemilih di Sumbawa relatif cair.
Baca Juga Ketua DPRD Sumbawa Siap Dukung Program KMPS “Bersatu” Kelurahan Bugis
Kempat bakal pasangan calon memiliki popularitas dan figur yang cukup dikenal publik Sumbawa. Dari segi geopolitik, keempat bakal calon akan bersaing ketat untuk mendapatkan dukungan suara pada kantong-kantong wilayah yang menjadi basis mereka. “Ini yang membuat kompetisi Pilkada Sumbawa berlangsung dinamis, seru, dan berimbang,” imbuhnya.
Meski demikian, lanjut Doktor Ar, apabila dilihat dari berbagai macam sisi, terutama kualitas personal maupun latar belakang politik dari keempat bakal calon, relatif sepadan. Walaupun mereka diusung oleh banyak partai, tapi tidak ada jaminan mesin partai akan bergerak dan solid. Ini disebabkan konstituen partai seringkali mendukung calon lain yang berbeda dengan calon yang diusung oleh partai politik.
Dalam istilah ilmu politik seringkali disebut split ticket voting. Artinya perolehan suara partai politik yang tergabung dalam koalisi, tidak selalu menunjukkan linieritas. Ini yang harus menjadi catatan dari semua bakal pasangan calon, bahwa tidak ada korelasi penting antara dukungan partai politik dengan dukungan pemilih saat Pilkada. Karena di beberapa kasus dalam Pilkada, banyaknya partai pengusung tidak serta merta dipilih oleh basis dan massa dari partai pengusung tersebut.
“Kalau misalnya gagal mengartikulasikan, menerjemahkan, menyampaikan keputusan partai ke tingkat bawah atau basis mereka, maka yang akan terjadi split ticket voting, di mana pilihan partai politik tidak linier dengan pilihan calon Bupati/Wakil Bupati yang diusung oleh partai politik. Sehingga pemilih partai politik pengusung masing-masing bakal calon, masih bisa terbelah ke kandidat lain,” beber Ardiyansyah yang juga ketua LANSKAP ini.
Baca Juga Doktor Zul Jadi Imam Sholat Magrib di Masjid Agung Nurul Huda Sumbawa
Doktor Ar juga mengungkapkan, tidak ada garansi pasangan calon yang didukung dan diusung oleh banyak partai akan memenangkan Pilkada. Dalam konteks pilkada, kemenangan calon lebih ditentukan tiga variabel yaitu figur yang kuat, kekuatan logistik dan mesin partai atau jaringan tim pemenangan yang solid bergerak di akar rumput. Ketiga variabel itu saling melengkapi dan saling membutuhkan satu dengan yang lainnya, minimal harus dipenuhi untuk memenangkan kontestasi Pilkada tahun 2024.
“Waktu yang akan menguji, bagaimana pergerakan pasangan calon, mengupayakan mesin partai untuk dapat mengkapitalisasi, melinearkan antara kekuatan mesin politik dengan figurnya supaya memperkecil kemungkinan split ticket voting,” ujarnya.
Kemudian faktor tren perilaku dan karekteristik pemilih menjadi penting untuk dipahami oleh Timses dan ketersediaan logistik mumpuni. Ini semua harus mampu dioptimalkan dalam waktu dua bulan setengah kedepan. Sebab dalam politik sesuatu yang tidak mungkin, kemungkinan terjadi. Politik terkadang tergantung momentum. Dan momentum bisa berpindah dengan cepat.
“Ini waktunya meningkatkan elektabilitas, perlu strategi penetrasi secara langsung ke masyarakat dan penggunaan cara-cara konvensional melalui baliho, spanduk dan stiker harus segera dimasifkan untuk memperkuat daya jangkau dan sebaran elektabilitas, mengingat hanya tinggal 2,5 bulan lagi menuju pencoblosan tanggal 27 November, jadi kerja pemenangan harus dipersiapkan dengan matang, terukur dan efektif,” pungkasnya. (SR)
Post Views: 718
Adblock test (Why?)
Yakni Dewi Noviany – Talifuddin (Novi-Talif) yang diusung PKS, Partai Demokrat dan PPP. Abdul Rafiq – Haji Sahril (RASA) diusung PDIP dan PAN. Haji Mahmud Abdullah-Burhanuddin Jafar Salam (Mo-BJS) yang diusung Partai Golkar dan Partai Gelora. Selanjutnya pasangan Syarafuddin Jarot-Mohammad Ansori (Jarot-Ansori) diusung Partai Nasdem, Partai Gerindra, PKB, Perindo dan PBB.
Dengan telah dilakukan pendaftaran, masyarakat sudah mendapatkan kepastian siapa saja yang bertarung di Pilkada Sumbawa, November 2024 mendatang. Dilihat dari para calon, menurut akademisi yang akrab disapa Doktor Ar, akan ada perang bintang.
Dilihat dari rekam jejak, ini tidak lebih dari pertarungan ulang (rematch) Pilkada dengan formasi calon yang berbeda. Ada lima veteran Pilkada tahun 2020 yang kembali bertarung pada Pilkada 2024 ini, yaitu Haji Mahmud Abdullah, Hj. Dewi Noviany, Syarafuddin Jarot, H. Burhanuddin Jafar Salam dan Talifuddin.
“Kita tau saat Pilkada tahun 2020 lalu, Haji Mahmud Abdullah saat itu berpasangan dengan Dewi Noviany menang tipis melawan pasangan Syarafuddin Jarot-Mokhlis. Pada pilkada tahun 2024 ini, dua pasangan incumbent akan ditantang oleh dua lawan cukup kuat yakni pasangan Rafiq-Sahril dan pasangan Syarafuddin Jarot-Mohammad Ansori,” ungkapnya.
Jika melihat Pilkada per hari ini, sambung Doktor Ar, semua calon memiliki peluang yang sama. Apalagi Sumbawa tidak ada kekuatan politik dominan yang basisnya kuat secara ideologis maupun mengakar secara kultural. Pemilih di Sumbawa relatif cair.
Baca Juga Ketua DPRD Sumbawa Siap Dukung Program KMPS “Bersatu” Kelurahan Bugis
Kempat bakal pasangan calon memiliki popularitas dan figur yang cukup dikenal publik Sumbawa. Dari segi geopolitik, keempat bakal calon akan bersaing ketat untuk mendapatkan dukungan suara pada kantong-kantong wilayah yang menjadi basis mereka. “Ini yang membuat kompetisi Pilkada Sumbawa berlangsung dinamis, seru, dan berimbang,” imbuhnya.
Meski demikian, lanjut Doktor Ar, apabila dilihat dari berbagai macam sisi, terutama kualitas personal maupun latar belakang politik dari keempat bakal calon, relatif sepadan. Walaupun mereka diusung oleh banyak partai, tapi tidak ada jaminan mesin partai akan bergerak dan solid. Ini disebabkan konstituen partai seringkali mendukung calon lain yang berbeda dengan calon yang diusung oleh partai politik.
Dalam istilah ilmu politik seringkali disebut split ticket voting. Artinya perolehan suara partai politik yang tergabung dalam koalisi, tidak selalu menunjukkan linieritas. Ini yang harus menjadi catatan dari semua bakal pasangan calon, bahwa tidak ada korelasi penting antara dukungan partai politik dengan dukungan pemilih saat Pilkada. Karena di beberapa kasus dalam Pilkada, banyaknya partai pengusung tidak serta merta dipilih oleh basis dan massa dari partai pengusung tersebut.
“Kalau misalnya gagal mengartikulasikan, menerjemahkan, menyampaikan keputusan partai ke tingkat bawah atau basis mereka, maka yang akan terjadi split ticket voting, di mana pilihan partai politik tidak linier dengan pilihan calon Bupati/Wakil Bupati yang diusung oleh partai politik. Sehingga pemilih partai politik pengusung masing-masing bakal calon, masih bisa terbelah ke kandidat lain,” beber Ardiyansyah yang juga ketua LANSKAP ini.
Baca Juga Doktor Zul Jadi Imam Sholat Magrib di Masjid Agung Nurul Huda Sumbawa
Doktor Ar juga mengungkapkan, tidak ada garansi pasangan calon yang didukung dan diusung oleh banyak partai akan memenangkan Pilkada. Dalam konteks pilkada, kemenangan calon lebih ditentukan tiga variabel yaitu figur yang kuat, kekuatan logistik dan mesin partai atau jaringan tim pemenangan yang solid bergerak di akar rumput. Ketiga variabel itu saling melengkapi dan saling membutuhkan satu dengan yang lainnya, minimal harus dipenuhi untuk memenangkan kontestasi Pilkada tahun 2024.
“Waktu yang akan menguji, bagaimana pergerakan pasangan calon, mengupayakan mesin partai untuk dapat mengkapitalisasi, melinearkan antara kekuatan mesin politik dengan figurnya supaya memperkecil kemungkinan split ticket voting,” ujarnya.
Kemudian faktor tren perilaku dan karekteristik pemilih menjadi penting untuk dipahami oleh Timses dan ketersediaan logistik mumpuni. Ini semua harus mampu dioptimalkan dalam waktu dua bulan setengah kedepan. Sebab dalam politik sesuatu yang tidak mungkin, kemungkinan terjadi. Politik terkadang tergantung momentum. Dan momentum bisa berpindah dengan cepat.
“Ini waktunya meningkatkan elektabilitas, perlu strategi penetrasi secara langsung ke masyarakat dan penggunaan cara-cara konvensional melalui baliho, spanduk dan stiker harus segera dimasifkan untuk memperkuat daya jangkau dan sebaran elektabilitas, mengingat hanya tinggal 2,5 bulan lagi menuju pencoblosan tanggal 27 November, jadi kerja pemenangan harus dipersiapkan dengan matang, terukur dan efektif,” pungkasnya. (SR)
Post Views: 718
Adblock test (Why?)
Komentar
Posting Komentar