ProSumbawa SUMBAWA BESAR, samawarea.com (14 Agustus 2024) – Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) serentak pada Tahun 2024 ini tinggal tiga bulan lagi. Kian mendekatnya hari H, tensi politik mulai memanas. Beragam spanduk dan baliho dukungan terhadap pada kandidat juga bermunculan, demikian juga dengan pampleth dan flyer digital di media sosial.
Seperti Pilkada di Kabupaten Sumbawa. Saling klaim dukungan dari partai politik membuat persaingan sangat kompetitif. Hal ini memantik terjadinya bongkar pasang figur yang terlanjur berpasangan.
Selain persaingan antar figur atau pasangan, tak kalah sengitnya adalah perdebatan antar simpatisan dan relawan yang masing masing menonjolkan kelebihan jagoannya dan merendahkan yang lainnya. Terkadang mereka lepas kendali yang menjurus pada black campaign dan isu SARA.
Baca Juga Perempuan Hindu Dukung Zul Rohmi
Kondisi tersebut bisa berpotensi terjadinya kerawanan keamanan yang memicu pada inkondusifitas daerah.
Melihat potensi ini, Aulia Rahmad Rasyadi dari Institut Demokrasi Kabupaten Sumbawa, angkat bicara. Kepada media ini, Ia mengharapkan dalam pelaksaan tahapan Pilkada Sumbawa tahun 2024 tetap mengedepankan sikap respek dan santun antar pendukung Bacalon.
Hal ini diperlukan agar Pilkada Sumbawa dapat berjalan lancar, aman, dan damai. Serta bisa menghasilkan pemimpin lima tahun ke depan yang berintegritas dan membangun.
Institut Demokrasi mendukung terselenggaranya Pilkada Kabupaten Sumbawa 2024 yang lancar dan aman.
“Perbedaan dukungan bukan berarti harus jadi terkotak-kotak, dan memicu permusuhan. Perbedaan adalah bagian dari dinamika dalam berdemokrasi,” ujarnya.
Baca Juga Gerindra NTB: Hanya Jarot—Mokhlis yang Bisa Memajukan Sumbawa
Ia menilai masing masing calon sudah terbukti dan teruji memiliki kapasitas kepemimpinan, serta memiliki modal basis dukungan. Karenanya siapa pun yang terpilih nanti akan menjadi
pemimpin untuk semua masyarakat Kabupaten Sumbawa.
Institut Demokrasi mengajak seluruh masyarakat untuk memilih pemimpin dari visi dan misi yang ditawarkan, bukan dari aspek latar belakang yang cenderung menjurus ke SARA dan rasisme. “Mari kita ciptakan Pilkada Sumbawa tanpa black campaign dan isu SARA,” ajaknya. (SR)
Post Views: 308
Adblock test (Why?)
Seperti Pilkada di Kabupaten Sumbawa. Saling klaim dukungan dari partai politik membuat persaingan sangat kompetitif. Hal ini memantik terjadinya bongkar pasang figur yang terlanjur berpasangan.
Selain persaingan antar figur atau pasangan, tak kalah sengitnya adalah perdebatan antar simpatisan dan relawan yang masing masing menonjolkan kelebihan jagoannya dan merendahkan yang lainnya. Terkadang mereka lepas kendali yang menjurus pada black campaign dan isu SARA.
Baca Juga Perempuan Hindu Dukung Zul Rohmi
Kondisi tersebut bisa berpotensi terjadinya kerawanan keamanan yang memicu pada inkondusifitas daerah.
Melihat potensi ini, Aulia Rahmad Rasyadi dari Institut Demokrasi Kabupaten Sumbawa, angkat bicara. Kepada media ini, Ia mengharapkan dalam pelaksaan tahapan Pilkada Sumbawa tahun 2024 tetap mengedepankan sikap respek dan santun antar pendukung Bacalon.
Hal ini diperlukan agar Pilkada Sumbawa dapat berjalan lancar, aman, dan damai. Serta bisa menghasilkan pemimpin lima tahun ke depan yang berintegritas dan membangun.
Institut Demokrasi mendukung terselenggaranya Pilkada Kabupaten Sumbawa 2024 yang lancar dan aman.
“Perbedaan dukungan bukan berarti harus jadi terkotak-kotak, dan memicu permusuhan. Perbedaan adalah bagian dari dinamika dalam berdemokrasi,” ujarnya.
Baca Juga Gerindra NTB: Hanya Jarot—Mokhlis yang Bisa Memajukan Sumbawa
Ia menilai masing masing calon sudah terbukti dan teruji memiliki kapasitas kepemimpinan, serta memiliki modal basis dukungan. Karenanya siapa pun yang terpilih nanti akan menjadi
pemimpin untuk semua masyarakat Kabupaten Sumbawa.
Institut Demokrasi mengajak seluruh masyarakat untuk memilih pemimpin dari visi dan misi yang ditawarkan, bukan dari aspek latar belakang yang cenderung menjurus ke SARA dan rasisme. “Mari kita ciptakan Pilkada Sumbawa tanpa black campaign dan isu SARA,” ajaknya. (SR)
Post Views: 308
Adblock test (Why?)
Komentar
Posting Komentar