ProSumbawa SUMBAWA BESAR, samawarea.com (30 Mei 2024) – Situasi politik jelang Pilkada Sumbawa 2024 tidak lagi menghangat, tapi sudah memanas. Sejumlah partai politik terutama peraih kursi di DPRD berlomba-lomba membuka pendaftaran calon.
Tampaknya, sudah mulai terlihat arah dukungan kepada nama-nama tertentu untuk diusung dalam kontestasi lima tahunan tersebut. Sebab waktu sangat singkat untuk melakukan berbagai persiapan tarung bagi kandidat, mengingat tahapan Pilkada Sumbawa sudah dimulai.
Diawali pendaftaran Paslon pada Agustus 2024. Kemudian, penetapan paslon, berlanjut tahapan kampanye selama 60 hari mulai 25 September sampai 23 November 2024 dan pemungutan suara 27 November 2024. Untuk melihat sejauhmana kekuatan para bakal calon ini Lanskap baru saja menyelesaikan hasil surveynya.
Dosen Fisipol Universitas Samawa (UNSA), Ardiyansyah, S.IP., M.Si yang juga Peneliti Utama Lanskap kepada samawarea.com, Kamis (30/5) menyebutkan, bahwa jika melihat basis data kuantitatif, dengan merujuk beberapa hasil survei Lanskap, Drs. H. Mahmud Abdullah (Haji Mo) adalah figure yang paling tinggi ketika responden ditanya siapa figur yang akan dipilih untuk single candidate secara top op mind. Haji Mo bersaing dengan Haji Sahril, Haji Jarot dan Ibu Hj Novi. Kemudian di lapis kedua muncul nama Abdul Rafiq tertinggi, bersaing dengan Sudirman, Lalu Budi Suryata, Mohammad Ansori, Burhanuddin Jafar Salam, Talifuddin, Ahmad Fachri dan nama lainnya.
Baca Juga Komisi VII DPR RI Apresiasi Kemajuan Smelter AMMAN
Secara kuantitatif, ungkap Ardiyansyah, orang akan menduga akan terjadi pertarungan dua poros yakni incumbent diwakili oleh Haji Mahmud Abdullah dan pasangannya, serta Hj Dewi Noviany berpasangan dengan Talifuddin, akan melawan poros penantang yang kemungkinan besar Haji Sahril-Sudirman, kemudian bisa saja terbentuk poros Haji Syarafuddin Jarot berpasangan dengan Lalu Budi Suryata, atau Mohammad Ansori dengan Burhanuddin Jafar Salam. Bisa juga Agus Salim dengan dengan pasangan yang lain di luar incumbent.
Menurutnya, apapun bisa bisa terjadi, karena penentuan calon pasangan belum final dan masih dinamis. Dan politik di tingkat pusat ikut juga mempengaruhi konstalasi di level lokal atau daerah.
“Apalagi masih hangat-hangatnya pasca pemilu dan masa menjelang pendaftaran masih sampai tanggal 27 Agustus. Ini masa-masa riskan, sangat penting, masa-masa negosiasi luar biasa dalam pembentukan koalisi parpol pengusung, misalkan ada partai yang getol ngotot mencalonkan salah satu figur calon, tapi di sisi lain ada dinamika politik yang berkembang di DPP masing-masing partai, dampak dari kontestasi Pilpres yang lalu, apakah nanti koalisi di pusat akan beririsan ke tingkat daerah, hal itu akan juga berdampak pada formasi pasangan calon bupati yang akan diusung,” imbuhnya.
Karena itu mulai dari Bulan Mei ini, hingga akhir pendaftaran pada Bulan Agustus, masih panjang bagi partai politik untuk mengambil keputusan siapa calon yang mereka usung. Tentu saja dalam proses ini, apapun bisa terjadi. Dimungkinkan calon yang muncul meleset dari perkiraan publik, meskipun nama-nama yang mulai muncul bukan berarti tidak akan muncul.
Baca Juga Haji Saat: Kekeliruan Mutasi Karena Ada yang Tidak Beres
“Kita lihat, saat ini beberapa partai membuka pendaftaran calon, pada saat bersamaan sedang mempertimbangkan secara cermat faktor elektabilitas, seberapa besar calon yang akan mereka usung punya potensi menang, ini bagaimanapun sesuai dengan hukum besi partai politik, karena mereka ingin masuk dalam gerbong kelompok pemenang, kemudian apakah calon yang mereka usung itu berasal dari kader partai mereka atau tidak. Kalau mengusung calon yang potensial menang, tapi kontribusi bagi partai pengusung atau pendukung relatif kecil, tentu partai akan berhitung banyak untuk mengusung calon tersebut,” beber tokoh muda yang juga pemerhati politik ini.
Terakhir yang paling penting lanjut Ardiyansyah, adalah bagaimana partai dan calon kepala daerah mulai menyuarakan isu-isu yang dianggap penting oleh warga Sumbawa, jangan sampai persoalan yang diharapkan oleh publik untuk diselesaikan hilang ditelan oleh isu popularitas dan elektabilitas.
“Jadi kita perlu tau misalnya, apa yang harus diselesaikan oleh calon pemimpin Sumbawa, dan ini yang agaknya kurang keliatan di Kabupaten Sumbawa, perlu mengangkat agenda lokal menjadi isu yang harus diselesaikan oleh para calon pemimpim Sumbawa kedepan,” pungkasnya. (SR)
Post Views: 240
Adblock test (Why?)
Tampaknya, sudah mulai terlihat arah dukungan kepada nama-nama tertentu untuk diusung dalam kontestasi lima tahunan tersebut. Sebab waktu sangat singkat untuk melakukan berbagai persiapan tarung bagi kandidat, mengingat tahapan Pilkada Sumbawa sudah dimulai.
Diawali pendaftaran Paslon pada Agustus 2024. Kemudian, penetapan paslon, berlanjut tahapan kampanye selama 60 hari mulai 25 September sampai 23 November 2024 dan pemungutan suara 27 November 2024. Untuk melihat sejauhmana kekuatan para bakal calon ini Lanskap baru saja menyelesaikan hasil surveynya.
Dosen Fisipol Universitas Samawa (UNSA), Ardiyansyah, S.IP., M.Si yang juga Peneliti Utama Lanskap kepada samawarea.com, Kamis (30/5) menyebutkan, bahwa jika melihat basis data kuantitatif, dengan merujuk beberapa hasil survei Lanskap, Drs. H. Mahmud Abdullah (Haji Mo) adalah figure yang paling tinggi ketika responden ditanya siapa figur yang akan dipilih untuk single candidate secara top op mind. Haji Mo bersaing dengan Haji Sahril, Haji Jarot dan Ibu Hj Novi. Kemudian di lapis kedua muncul nama Abdul Rafiq tertinggi, bersaing dengan Sudirman, Lalu Budi Suryata, Mohammad Ansori, Burhanuddin Jafar Salam, Talifuddin, Ahmad Fachri dan nama lainnya.
Baca Juga Komisi VII DPR RI Apresiasi Kemajuan Smelter AMMAN
Secara kuantitatif, ungkap Ardiyansyah, orang akan menduga akan terjadi pertarungan dua poros yakni incumbent diwakili oleh Haji Mahmud Abdullah dan pasangannya, serta Hj Dewi Noviany berpasangan dengan Talifuddin, akan melawan poros penantang yang kemungkinan besar Haji Sahril-Sudirman, kemudian bisa saja terbentuk poros Haji Syarafuddin Jarot berpasangan dengan Lalu Budi Suryata, atau Mohammad Ansori dengan Burhanuddin Jafar Salam. Bisa juga Agus Salim dengan dengan pasangan yang lain di luar incumbent.
Menurutnya, apapun bisa bisa terjadi, karena penentuan calon pasangan belum final dan masih dinamis. Dan politik di tingkat pusat ikut juga mempengaruhi konstalasi di level lokal atau daerah.
“Apalagi masih hangat-hangatnya pasca pemilu dan masa menjelang pendaftaran masih sampai tanggal 27 Agustus. Ini masa-masa riskan, sangat penting, masa-masa negosiasi luar biasa dalam pembentukan koalisi parpol pengusung, misalkan ada partai yang getol ngotot mencalonkan salah satu figur calon, tapi di sisi lain ada dinamika politik yang berkembang di DPP masing-masing partai, dampak dari kontestasi Pilpres yang lalu, apakah nanti koalisi di pusat akan beririsan ke tingkat daerah, hal itu akan juga berdampak pada formasi pasangan calon bupati yang akan diusung,” imbuhnya.
Karena itu mulai dari Bulan Mei ini, hingga akhir pendaftaran pada Bulan Agustus, masih panjang bagi partai politik untuk mengambil keputusan siapa calon yang mereka usung. Tentu saja dalam proses ini, apapun bisa terjadi. Dimungkinkan calon yang muncul meleset dari perkiraan publik, meskipun nama-nama yang mulai muncul bukan berarti tidak akan muncul.
Baca Juga Haji Saat: Kekeliruan Mutasi Karena Ada yang Tidak Beres
“Kita lihat, saat ini beberapa partai membuka pendaftaran calon, pada saat bersamaan sedang mempertimbangkan secara cermat faktor elektabilitas, seberapa besar calon yang akan mereka usung punya potensi menang, ini bagaimanapun sesuai dengan hukum besi partai politik, karena mereka ingin masuk dalam gerbong kelompok pemenang, kemudian apakah calon yang mereka usung itu berasal dari kader partai mereka atau tidak. Kalau mengusung calon yang potensial menang, tapi kontribusi bagi partai pengusung atau pendukung relatif kecil, tentu partai akan berhitung banyak untuk mengusung calon tersebut,” beber tokoh muda yang juga pemerhati politik ini.
Terakhir yang paling penting lanjut Ardiyansyah, adalah bagaimana partai dan calon kepala daerah mulai menyuarakan isu-isu yang dianggap penting oleh warga Sumbawa, jangan sampai persoalan yang diharapkan oleh publik untuk diselesaikan hilang ditelan oleh isu popularitas dan elektabilitas.
“Jadi kita perlu tau misalnya, apa yang harus diselesaikan oleh calon pemimpin Sumbawa, dan ini yang agaknya kurang keliatan di Kabupaten Sumbawa, perlu mengangkat agenda lokal menjadi isu yang harus diselesaikan oleh para calon pemimpim Sumbawa kedepan,” pungkasnya. (SR)
Post Views: 240
Adblock test (Why?)
Komentar
Posting Komentar