ProSumbawa SUMBAWA BESAR, samawarea.com (27 Mei 2024) – Rangkaian Upacara Adat Pengangkatan Datu Raja Muda Kesultanan Sumbawa terus berlanjut. Kali ini prosesi penyucian Regalia Kesultanan Sumbawa yang dinamakan Genris Pusaka.
Genris Pusaka ini terbagi menjadi dua yaitu Regalia Utama (Parewa Kamutar) dan Regalia Harian (Parewa Tokal Adat Ode). Semuanya merupakan lambang kebesaran Kesultanan Sumbawa. Regalia Utama (Parewa Kamutar) merupakan lambang kebesaran Kesultanan Sumbawa yang digunakan saat upacara “Tokal Adat Rea” atau upacara agung Kesultanan Sumbawa.
Antara lain pada saat Penobatan Sultan dan Pengangkatan Datu Rajamuda. Parewa Kamutar ini terdiri dari Sarpedang (Payung Kamutar), Baruwayat (Keris Kamutar), Cilo Kamutar (mahkota kebesaran), Badong (simbol kepatuhan dan pengayoman), Kantar (Perisai Kemutar simbol perlindungan), dan Long Barora (Tombak Kamutar).
Baca Juga Wagub Dorong Penguatan Data Kemiskinan Terpadu di NTB
Sedangkan Regalia Harian (Parewa Tokal Adat Ode) merupakan regalia perlengkapan harian yang digunakan Sultan yang terdiri dari Pakebas (kipas), Sakaras (tempat sirih pinang), Namo (tempat air), Cere (Ceret), Panyomo Lati (tempat berludah), dan Salepa (tempat rokok).
Secara keseluruhan, benda-benda pusaka ini selalu dihadirkan dalam Upacara Tokal Adat Kesultanan Sumbawa. Prosesi Adat Genris Pusaka ini dipimpin langsung oleh H. Suparman Andung–petugas khusus yang secara turun-temurun melakukan paboat aji dalam hal genris pusaka ini.
Menurut Haji Man—panggilan akrabnya bahwa memperlakukan benda-benda ini tidak dilakukan secara asal-asalan, karena ada tata cara yang harus dipenuhi. Misalnya saat dibawa, pusaka-pusaka ini harus dibawa oleh petugas khusus dan dalam posisi dipangku. Tidak boleh diletakkan dibawah kursi dan sebagainya.
Baca Juga Pimpinan dan Anggota DPRD Kabupaten Sumbawa Mengucapkan Dirgahayu Indonesia ke-75
“Benda-benda pusaka warisan turun temurun ini harus kita jaga dan kita lestarikan. Hati kita harus bersih, tenang dan dapat dikendalikan, tidak boleh ada amarah, kesombongan, dan iri hati. Tata cara ini yang harus dipertahankan. Kesultanan biasanya melakukan genris pusaka ini di Bulan Muharram atau pada saat-saat tertentu ketika ada acara di Kesultanan,” ungkapnya. (SR)
Post Views: 62
Adblock test (Why?)
Genris Pusaka ini terbagi menjadi dua yaitu Regalia Utama (Parewa Kamutar) dan Regalia Harian (Parewa Tokal Adat Ode). Semuanya merupakan lambang kebesaran Kesultanan Sumbawa. Regalia Utama (Parewa Kamutar) merupakan lambang kebesaran Kesultanan Sumbawa yang digunakan saat upacara “Tokal Adat Rea” atau upacara agung Kesultanan Sumbawa.
Antara lain pada saat Penobatan Sultan dan Pengangkatan Datu Rajamuda. Parewa Kamutar ini terdiri dari Sarpedang (Payung Kamutar), Baruwayat (Keris Kamutar), Cilo Kamutar (mahkota kebesaran), Badong (simbol kepatuhan dan pengayoman), Kantar (Perisai Kemutar simbol perlindungan), dan Long Barora (Tombak Kamutar).
Baca Juga Wagub Dorong Penguatan Data Kemiskinan Terpadu di NTB
Sedangkan Regalia Harian (Parewa Tokal Adat Ode) merupakan regalia perlengkapan harian yang digunakan Sultan yang terdiri dari Pakebas (kipas), Sakaras (tempat sirih pinang), Namo (tempat air), Cere (Ceret), Panyomo Lati (tempat berludah), dan Salepa (tempat rokok).
Secara keseluruhan, benda-benda pusaka ini selalu dihadirkan dalam Upacara Tokal Adat Kesultanan Sumbawa. Prosesi Adat Genris Pusaka ini dipimpin langsung oleh H. Suparman Andung–petugas khusus yang secara turun-temurun melakukan paboat aji dalam hal genris pusaka ini.
Menurut Haji Man—panggilan akrabnya bahwa memperlakukan benda-benda ini tidak dilakukan secara asal-asalan, karena ada tata cara yang harus dipenuhi. Misalnya saat dibawa, pusaka-pusaka ini harus dibawa oleh petugas khusus dan dalam posisi dipangku. Tidak boleh diletakkan dibawah kursi dan sebagainya.
Baca Juga Pimpinan dan Anggota DPRD Kabupaten Sumbawa Mengucapkan Dirgahayu Indonesia ke-75
“Benda-benda pusaka warisan turun temurun ini harus kita jaga dan kita lestarikan. Hati kita harus bersih, tenang dan dapat dikendalikan, tidak boleh ada amarah, kesombongan, dan iri hati. Tata cara ini yang harus dipertahankan. Kesultanan biasanya melakukan genris pusaka ini di Bulan Muharram atau pada saat-saat tertentu ketika ada acara di Kesultanan,” ungkapnya. (SR)
Post Views: 62
Adblock test (Why?)
Komentar
Posting Komentar