Mantan Guru Bicara Tentang Haji Firin (2) : Murid Pandai Selalu Dikenang

ProSumbawa “Kebanggaan seorang guru adalah ketika anak didiknya menjadi orang sukses”. (Sarjana Gani)


Pintu rumah bercat kuning di Jalan Setia Budi Sumbawa Besar itu terbuka. Seorang perempuan paruh baya keluar dan mempersilahkan kami masuk. Di ruang tamu, seorang lelaki sepuh bersarung dengan rambut yang seluruhnya sudah putih, duduk di sofa. Saat masih muda, lelaki sepuh itu pasti berperawakan gagah dan berwibawa. Itu masih tergambar jelas dari gestur dan garis garis wajahnya yang sudah keriput.


Setelah duduk berhadap-hadapan, lelaki sepuh itu lalu memandang kami dengan seksama. Mungkin untuk memastikan kami siapa. Perempuan paruh baya yang ternyata anaknya langsung mendekat dan berbicara cukup dekat ke telinganya, bahwa kami, tepatnya salah satu diantara kami, adalah mantan muridnya. Dulu, saat masih mengajar dan menjadi kepala sekolah di SMP Negeri 1 Sumbawa.


Lelaki sepuh itu adalah H Sarjana Gani. Generasi tahun 70-an, 80-an dan generasi millenial di Pulau Sumbawa pasti kenal, paling tidak pernah mendengar nama H Sarjana Gani. Ia adalah mantan guru yang tidak hanya pernah mengajar di Sumbawa, tapi juga di Bima dan Dompu. Tak terhitung jumlah mantan anak didiknya yang tersebar di berbagai daerah. Banyak pula diantara mereka yang kemudian menjadi orang penting dan memiliki kedudukan tinggi di pemerintahan.


Di usianya yang saat ini nyaris satu abad (98 tahun), Sarjana Gani masih ingat dengan baik sosok Dr Ir HW Musyafirin MM (Haji Firin), salah satu mantan muridnya yang kini menjadi Bupati Sumbawa Barat (KSB). Ia bahkan masih bisa bercerita panjang lebar tentang sepak terjang Haji Firin dan beberapa tokoh Samawa lain yang pernah menjadi muridnya di SMPN 1 Sumbawa.


“Dia (Haji Firin) menjadi Bupati Sumbawa Barat sekarang,” ucapnya.


“Dia murid saya dulu, dia memang pandai. Saya selalu mendoakan Dia. Saya bangga pernah mendidiknya,” sambung Haji Sarjana Gani, sembari melanjutkan dengan cerita panjang tentang kenangan saat masih aktif sebagai guru dulu.


Sesekali ia tertawa ketika menceritakan hal lucu tentang tingkah murid-muridnya yang sekarang sudah menjadi tokoh-tokoh berpengaruh itu. Termasuk kisah tentang Drs H Mahmud Abdullah (Haji Mo’), Bupati Sumbawa sekarang.


“Itu kebanggaan seorang guru, ketika anak-anak didiknya sukses. Dulu saya mengajar di SD Raba, Bima. Seorang murid saya kemudian menjadi Bupati Dompu,” kenangnya.
Baca Juga  ISKCON Yakini Agama Ciptakan Kebahagiaan

Di tempat terpisah kami bertemu dengan H Baharuddin, mantan Guru Matematika SMPN 1 Sumbawa, yang mengajar Haji Firin sejak kelas 1 hingga kelas 3. H Baharuddin yang kini berusia 74 tahun dan menetap di perumahan Pamanto Daeng, Sumbawa, masih terlihat bugar. Pria yang setelah pensiun aktif di kepengurusan PD Muhammadiyah Sumbawa itu juga punya ingatan yang kuat tentang Haji Firin.


“Mantan murid saya ada yang menjadi Gubernur, Bupati, Sekda, bahkan sebagian di antara kepala dinas di Sumbawa sekarang mantan murid saya. Tapi dibanding yang lain Haji Firin memang lebih menonjol, dia sangat pintar,” ungkapnya.


Saat bersekolah di Sumbawa, Haji Firin tinggal di Kelurahan Brang Bara, di rumah seorang guru yang juga sahabat Haji Baharuddin. Jadi sedikit banyak Haji Baharuddin mengetahui keseharian Haji Firin, termasuk perkembangannya setelah lulus dan melanjutkan ke jenjang pendidikan tinggi di Fakultas Pertanian Universitas Mataram (Unram). Ia mengaku mendengar kabar tentang sepak terjang mantan muridnya itu semasa kuliah.


“Saking pintarnya, skripsi kawan-kawannya dia yang buat. Saya tidak heran, karena saya tahu pasti dia pintar. Doktor Zul (Zulkieflimansyah – mantan Gubernur NTB) juga murid saya. Dia biasa-biasa saja saat SMP. Tapi Haji Firin memang beda dari yang lain,” akunya.


Pengakuan yang sama juga diungkap Hj Karsinem, mantan guru Haji Firin di kelas 3 SMPN 1. Haja Karsinem sekarang berusia 75 tahun dan menghabiskan masa pensiunnya di Kelurahan Pekat Sumbawa.


“Dia di kelas 3F. Dia tidak nakal, tapi pintar, kritis dan berani. Kalau soal pelajaran dia biasa berdebat dengan guru,” kenang Haja Karsinem.


Dari sekian banyak guru yang mengajar Haji Firin di SMP, saat ini hanya tersisa 7 orang yang masih hidup. Selain H Sarjana Gani, H Baharuddin dan Hj Karsinem empat guru lainnya adalah Hj Nurjanah, H Sakban Mokhtar, Sapdi Makasau dan Hj Sahema.


“Beliau tetap dekat dengan kami, semua mantan gurunya. Banyak murid saya yang sudah jadi orang besar. Tapi tidak ada yang seperti Haji Firin, setiap ada kesempatan beliau berkunjung, minimal menitip salam dan mencari tahu tentang kabar kami,” imbuh Haja Karsinem.


Seorang perempuan, berusia sekitar 78 tahun terbaring di atas hospital bed (tempat tidur rumah sakit) di ruangan cukup lebar. Ada sofa sederhana pula di ruangan berwarna putih yang juga difungsikan sebagai ruang tamu itu.
Baca Juga  Din Syamsuddin Optimis #Indonesia Dermawan Entaskan Kemiskinan

Bukan di rumah sakit. Hospital bed itu berada di dalam ruangan rumah di Kelurahan Uma Sima, dekat Makodim 1607/Sumbawa. Sementara perempuan yang terbaring di atasnya adalah Ibu Hj Sahema, pensiunan guru. Tapi bukan pensiunan guru biasa.


Haja Sahema adalah ibunda dari seorang tokoh sekaligus akademisi yang sekarang menjabat sebagai Rektor Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Prof Dr Nasaruddin Malik M.Si. Ketika berinteraksi cukup lama, siapapun pasti akan langsung maklum, bahwa Ibu Haja Sahema telah melahirkan seorang tokoh sekaliber Prof Nasaruddin.


Ia memang sakit. Namun penyakit itu tak mampu menggerogoti fikiran dan kecerdasannya. Itu tergambar jelas dari pemikiran dan gaya bicaranya yang penuh semangat dan berisi. Karena penyakit yang diderita Ia hanya bisa terbaring di tempat tidur. Ibu Haja Sahema sebenarnya telah menjalani perawatan di rumah sakit terkemuka di Jawa Timur. Namun kecintaan terhadap kampung halaman membuatnya meminta pulang dan menjalani perawatan di rumahnya di Sumbawa.


Di SMPN 1 Sumbawa, Ibu Haja Sahema terkenal sebagai guru yang disiplin dan tegas. Ia mengajar mata pelajaran Bahasa Inggris. Salah satu muridnya yang hingga sekarang masih diingat jelas adalah Haji Firin.


“Sampaikan salam saya ke Haji Firin. Saya ingin Dia datang menjenguk saya,” ujarnya sembari mengungkap penyesalan tidak bisa hadir dalam reuni dengan sesama mantan guru dan murid-muridnya yang digelar beberapa tahun lalu.


Salam serupa juga dititipkan H Sakban Mukhtar, mantan guru Agama Islam SMPN 1 Sumbawa. Haji Sakban yang kini berusia 78 tahun juga sedang terbaring sakit di rumahnya di Kelurahan Samapuin Sumbawa. Ia langsung ingat ketika nama Bupati Sumbawa Barat disebut. “Haji Firin. Titip salam dan doa untuk beliau,” ucapnya.


Seluruh mantan guru baik saat belajar di SD maupun SMP, tidak sekedar mengingat Haji Firin sebagai mantan murid mereka. Tetapi ada ikatan emosional.yang sangat kuat yang membuat mereka merasa sangat dekat dengan sosok Bupati KSB dua periode itu.


“Dia ikhlas dan berbuat dengan hati. Itu tercermin dari silaturahmi dan perhatian yang Dia berikan ke kami sebagai mantan gurunya,” ungkap Hj Nurjanah, mantan Guru Pendidikan Moral Pancasila (PMP) yang mengajar Haji Firin di SMPN 1 Sumbawa. (*)

Post Views: 35


Adblock test (Why?)

Komentar