Memenangkan Pilkada Sumbawa, Non Petahana Lebih Berpeluang

ProSumbawa SUMBAWA BESAR, samawarea.com (7 Maret 2024) – Kontestasi Pilkada Sumbawa 2024 mendatang semakin menarik. Sebab di antara para petarung, ada dua petahana yang bakal menjadi rival yakni Drs. H. Mahmud Abdullah dan Hj. Dewi Noviany S.Pd., M.Pd. Wacana yang bergulir, Drs. H. Mahmud Abdullah berpasangan dengan Abdul Rafiq SH, dan Hj. Dewi Noviany S.Pd., M.Pd hampir pasti dengan Ir. Talifuddin M.Si. Melihat dari hasil survey beberapa lembaga, justru calon dari non petahana lebih berpeluang dibandingkan dengan petahana.


Dosen Fisipol Universitas Samawa (UNSA), Ardiyansyah S.IP., M.Si, mengakui hal itu. Berdasarkan data survei dan sudah terpublis oleh beberapa lembaga survei seperti LANSKAP, Laboratorium Politik UNSA dan My Institute, hasilnya tingkat kepuasan publik terhadap pemerintahan Mo-Novi, rata-rata di bawah 40 persen. Bahkan survey yang dilakukan oleh My Institute, tingkat kepuasan publik sebesar 36,7 persen. Artinya ada kurang lebih 60 persen publik menyatakan kurang puas terhadap kinerja pemerintahan Mo-Novi.


Angka 60 persen itu menurut Ar—sapaan dosen yang juga peneliti utama LANSKAP ini, cukup besar. Jika kondisi ini bisa dimanfaatkan para penantang dengan mengelola ceruk 60 persen pemilih yang kurang puas terhadap pemerintahan atau mengelola emosi pemilih, bisa menjadi peluang untuk unggul dari calon petahana. Tentu syaratnya, mampu memunculkan figur alternatif, memiliki magnet elektoral tinggi dan ekseptability yang kuat di mata public.
Baca Juga  MPR Goes To Campus: Jebakan Kelas Menengah 

“Apalagi kalau benar hanya tiga pasangan yang akan muncul, maka kubu penantang incumbent akan lebih diuntungkan, karena dalam teori struktur pemilih, proporsi pemilih yang tidak puas sebesar 60 persen akan lebih banyak memberikan pilihan politik mereka kepada penantang atau blok perubahan, sementara suara yang puas dengan kinerja pemerintahan Mo-Novi, yang angkanya sekitar 40 persen, akan lebih besar memilih calon incumbent yakni Haji Mo-pasangannya dan juga kepada pasangan Novi-Talif. Karena cenderung menginginkan keberlanjutan,” bebernya.


Data-data kuantitatif ini, sambung Ar, harus dicermati dan dikalkulasi secara cermat oleh para paslon dan tim pemenangan, harus dihitung betul secara terukur baik oleh para incumbent maupun calon penantang. Apalagi pada survey terbaru LANSKAP, hasilnya, peta politik masih cukup dinamis, kompetitif karena gap-nya, atau jarak antar kandidat tidak terlalu jauh. Masih berada dalam margin of error.
Baca Juga  Ditinggal Beli Susu, Seorang Balita Tewas Terpanggang

“Jika selisih antar kandidat masih berada dalam margin of error, maka persentase elektabilitas kandidat kadang beririsan. Kalau margin of error itu kan plus minus, ketemu yang satu diminuskan yang satu dipluskan tiga misalnya, itu relatif kadang beririsan. Selain itu, waktu pelaksanaan Pilkada masih delapan bulan,” imbuhnya.


Dikatakan Ardiyansyah, jika melihat temuan dan potret survey LANSKAP, menunjukkan peta kekuatan politik elektoral Cabup dan Cawabup masih sangat dinamis. Berbagai kemungkinan bisa saja terjadi dan Pilkada 2024 masih beberapa bulan lagi. Melihat tendensi peta kekuatan politik terbaru, cabup dan cawabup terkuat, akan mengarah pada beberapa figur.


Ar menyebutkan, variabel Cawabup bisa menjadi sangat menentukan peluang kemenangan pasangan calon. Meski demikian, dinamika politik delapan bulan ke depan sampai ke hari pencoblosan tanggal 27 November, iklim politik cukup hangat, ada faktor peristiwa politik, dan isu-isu politik sangat dinamis, yang memungkinkan mengubah peta elektoral Pilkada Sumbawa. (SR)


Post Views: 301


Adblock test (Why?)

Komentar