Musyda PDM Sumbawa: Indentitas ke-Sumbawa-an dan Keteladanan Politik Kebangsaan

ProSumbawa Oleh : IMMawan Ahan (Sekretaris Umum PC IMM Sumbawa) Pimpinan Daerah Muhammadiyah Kabupaten Sumbawa telah menggelar Musyawarah Daerah pada tanggal 27 Mei 2023 M atau bertepatan dengan 7 Dzulqa’dah 1444 H. Musyda yang ke-9 ini, mengusung tema “Mencerahkan Sumbawa, Memajukan NTB”. Pergelaran musyda kali ini, tentu tidak terlepas dari corak-corak keberagaman pikiran dan juga barang pasti kepentingan-kepentingan dalam nilai kewajaran. Sesuatu yang terkadang kita anggap wajar – wajar saja sebagai kesadaran akan perbedaan. Menilik kembali makna bait per bait tema musyda kali ini, “Mencerahkan Sumbawa, Memajukan NTB”. Penulis mencoba mengelaboasi dalam dua butir poin esensial. Pengarusutamaan kedua poin inilah yang penulis coba tawarkan sebagai praksis gerakan yang penuh dengan unsur-unsur kemajuan. Identitas ke-Sumbawa-an Musyda bukan hanya diterjemahkan sebagai rutinitas 5 tahunan saja. Pemaknaannya lebih dari sekedar kumpul dan bertegur sapa lalu salam-salaman. Akan tetapi musyda harus kita terjemahkan sebagai ajang peremajaan pikir dan evaluasi gerakan berkelanjutan. Lalu mencerahkan Sumbawa pantas kita sematkan sebagai interupsi dari kegugupan gerakan masa lalu. Tapi juga kita harus menaruh rasa hormat dan apresiasi atas peletakan batu harapan sebagai akar perubahan dan kemajuan persyarikatan. Baca Juga  Panwaslu Sumbawa Warning Paslon dan Tim Kampanye Musyda sebagai ajang silaturahmi warga persyarikatan atau dalam term Ke-Sumbawaan saling jango, harus betul-betul dimanfaatkan sebagai ajang perekat persaudaraan dan juga ajang pertukaran ide dan gagasan yang berkemajuan. Nilai-nilai luhur Ke-Sumbawaan tetap menjadi penunjang perencanaan dan pelaksanaan harapan dan visi kekeluargaan. Sehingga gejolak kepengenenan jabatan ataupun semacam lainnya bisa ditanggukan demi kepentingan bersama. Visi pencerahan yang di bawah dalam musyda Muhammadiyah Sumbawa kali ini, tidak boleh lepas dari nilai falsafah hidup Tau Samawa, “Adat Barenti ko Sara’ Sara’ Barenti ko Kitabullah”. Prof Din Syamsudin, menafsirkan nilai falsafah tersebut sebagai parenti atau prinsip yang menggerakkan daya pikir dan laku yang kemudian menjadi elan vital kehidupan orang Sumbawa. Pokok ajaran-ajaran ke-Sumbawaan selain jadi identitas diri Muhammadiyah Sumbawa, juga sebagai bagian eksistensialisme dan harmonisasi relasi setiap kader di Sumbawa. Keteladanan Politik Kebangsaan Semarak musyda harus juga menjadi bagian perjuangan politik gagasan. Bukan soal siapa menang siapa kalah, atau siapa menjabat siapa tidak. Tapi lebih kepada tujuan kemenangan kebersamaan. Itulah nilai politik yang acapkali di abaikan dalam setiap kontestasi pemilihan. Baca Juga  Dukungan untuk Abi Mang Menguat Kondisi politik bangsa yang sedang berkecamuk. Membutuhkan uluran ide dan gagasan politik yang sensitif terhadap nilai luhur keagamaan, kebudayaan maupun kebangsaan. Citra baik Muhammadiyah dalam berpolitik yang santun dan rasional harus menjadi suri tauladan dalam kontestasi politik kebangsaan. Cerminan politik ideal-demokratis yang di cita-citakan oleh bangsa ini harus terus diusahakan bagi setiap kalangan. Sikap pragmatisme yang digandrungi oleh para pelaku politik hari ini, seharusnya dihentikan saja. Sebab menciderai nilai moralitas dan membatasi hak-hak kemanusiaan. Dengan nilai politik inilah, maka harapan besar kemajuan dan sikap pencerahan mampu dimenangkan baik di NTB dan khususnya Sumbawa. Setiap kader persyarikatan dipesankan untuk bertarung dan memainkan peran politiknya sebagai wujud dari dakwah amal ma’ruf, nahi mungkar. Kalau kata ketua Umum PP Muhammadiyah, Prof Haedar Nashir jangan politisasi Muhammadiyah, tapi berpolitiklah dengan membawa nilai dan ajaran Muhammadiyah. Dan pada akhirnya Muhammadiyah menjadi lokomotif perubahan dan kemajuan zaman. (*) Adblock test (Why?)

Komentar