ProSumbawa SUMBAWA BESAR, samawarea.com (27 Mei 2023) – Ketua Pengurus Daerah Muhammadiyah (PDM) Sumbawa, H. Faisal Salim S.Ag., M.M. Inov, menegaskan bahwa tantangan Muhammadiyah ke depan adalah era digital dan generasi milenial.
Tantangan ini memaksa Muhammadiyah menyiapkan kader-kader ulama yang handal dan bisa melakukan dakwah digital dengan baik. Selain itu kader-kader ini harus bisa berupaya membangun pusat-pusat keunggulan yang kemudian memberikan pelayanan kepada masyarakat.
Demikian disampaikan Dea Guru Faisal—sapaan akrabnya pada Musyawarah Daerah Muhammadiyah dan Aisyiyah Sumbawa di Aula Sribonyo Universitas Samawa (UNSA), Sabtu (27/5/2023).
Dea Guru Faisal mengaku bahwa periodesasi kepemimpinannya akan berakhir yang ditandai dengan digelarnya Musda ini. Ia tidak lagi mencalonkan diri karena dipercaya sebagai salah satu pimpinan di kepengurusan Muhammadiyah Wilayah NTB. Ada 27 calon penggantinya yang diusulkan PCM dan Ortom.
Selama periode kepemimpinannya ada tiga hal ikhtiar yang dibangun. Pertama, sumber daya manusia (SDM). Dari SDM ini ada tiga model orang di Muhammadiyah. Yaitu Bio-genetis, orang yang bekerja di Muhammadiyah untuk mendapatkan makan dan minum.
Baca Juga Diikuti 2000 Pelari, Juara Marathon Bank Syariah 10K Samota Didominasi Atlit PON
Bio-sosiologis, orang bekerja di Muhammadiyah untuk mendapatkan akses-akses social, politik, dan ekonomi dengan memanfaatkan Muhammadiyah sebagai basis dukungannya agar mendapat akses dan penghargaan dari luar. Dua model di atas tetap sampat hari kiamat.
Selanjutnya model Theo-genetis, yaitu orang yang benar-benar beramal, berbakti, mengabdi, dan bekerja di Muhammadiyah karena pandangan dan doktrin tauhid yang beorientasi akhirat semata-mata mengharap ridho Allah.
“Konsep SDM Theo-genetis inilah yang telah kami usahakan di Persyarikatan Muhammadiyah, walau sampai saat ini masih ada Bio-genesis dan Bio-sosiologis,” ujarnya.
Kedua, tentang Manhaj. Dalam manhaj ini yang paling berat tugas Muhammadiyah adalah membumikan risalah Islam berkemajuan dan memajukan Kabupaten Sumbawa bersama Aisyiyah. Tugas ini tidak mudah, bagaimana mentransformasikan ideologi, nilai, khittah perjuangan dan kepribadian Muhammadiyah, untuk pencerahan diri sendiri, keluarga dan masyarakat.
“Tugas ini adalah tugas taawun dengan seluruh komponen anak bangsa di Kabupaten Sumbawa dalam kerangka manhaj Muhammadiyah membumikan risalah Islam berkemajuan. Alhamdulillah pola taawun inilah yang kami lakukan dengan berbagai stakeholder baik eksekutif maupun legislative,” ungkapnya.
Baca Juga Dibangun di Obyek yang Salah, Hotel Baha Baha Bakal Disomasi Pemilik Lahan
Ketiga, sambung Dea Guru Faisal, tentang Amal Usaha Muhammadiyah (AUM). Pihaknya berusaha meningkatkan AUM yang sudah ada serta memaksimalkan, merawat dan membina AUM baik yang mandeg maupun berjalan baik, karena merupakan amanah dan warisan pemimpin sebelumnya.
Sementara itu Wakil Ketua Wilayah Muhammadiyah NTB, Abdul Wahab yang juga Rektor Universitas Muhammadiyah Mataram (Ummat), menyebutkan ada tiga PDM yang berkembang dari sisi amal usahanya. Yaitu Sumbawa, Bima dan Lombok Timur.
Berkembangnya amal usaha ini, menjadi modal bagi organisasi untuk bergerak dan maju. Karena itu ia meminta para pengurus kabupaten kota untuk meningkatkan amal usahanya.
“Tidak hanya datang dan berpikir tapi tidak progresnya. Muhammadiyah berkembang pada jaman dahulu dilihat dari dakwahnya, tapi sekarang dilihat dari amal usahanya,” pungkasnya. (SR)
Adblock test (Why?)
Komentar
Posting Komentar