KISAH PETANI DAN SEEKOR TIKUS

ProSumbawa Seorang petani terlihat hidup bahagia bersama istrinya. Meski tidak memiliki anak, namun tidak membuat keharmonisannya terganggu. Selain memiliki lahan untuk bercocok tanam, petani ini juga memiliki seekor ayam, kambing, dan Lembu. Namun petani merasa terganggu dengan suara tikus di rumahnya, sehingga muncul di benaknya untuk membeli perangkap tikus. Esoknya petani balik dari pasar membawa bungkusan. Sementara Seekor tikus mengintip dari balik celah tembok untuk mengamati sang petani dan istrinya, saat membuka sebuah bungkusan. Ada mainan pikirnya. Tapi Si Tikus terkejut, ternyata bungkusan itu berisi perangkap tikus. Seketika muncul rasa takut dan hatinya sangat sedih. Tikus ini merasa Petani tidak berbalas budi. Sebab selama ini, Si Tikus selalu membersihkan lantai dan meja dari bekas-bekas makanan yang tercecer. Dengan hati kecewa, Si Tikus menemui Ayam untuk menceritakan kegundahan hatinya sekaligus meminta solusi. Sang ayam dengan tenang berkokok dan sambil tetap menggaruki tanah, mengangkat kepalanya dan berkata. ‘Ya, maafkan aku Pak Tikus. Aku tahu memang ini masalah besar bagi kamu, tapi buat aku secara pribadi itu bukan masalahku. Jadi jangan libatkan aku dalam masalah mu,” kata Ayam. Baca Juga  Sekolah Guru Indonesia Wisudakan Angkatan 41 di Sumbawa Barat Karena tak mendapat dukungan, Tikus menemui Sang Kambing untuk menyampaikan hal yang sama. Jawaban Kambing hampir sama dengan Ayam. Tikus pun mendatangi Lembu. Jawaban Lembu juga sama, bahkan menertawakan Tikus. Dengan kepala tertunduk tikus itu kembali ke rumah petani, sambil merenungi nasibnya. Ia merasa seorang diri dan harus menanggung masalahnya sendiri karena ayam, kambing dan lembu tidak membantunya. Malam pun tiba. Seketika terdengar suara bergema di seluruh rumah, seperti bunyi perangkap tikus yang berjaya menangkap mangsa. Istri petani berlari dengan riangnya karena sudah berhasil menangkap tikus yang selama ini dianggap sebagai pengganggu. Di dalam kegelapan itu dia tak bisa melihat bahwa yang terjebak itu ternyata seekor ular berbisa. Ketika meraih perangkap itu, Ular langsung mematok tangan istri petani. Seketika tubuh menggelepar karena bisa ular yang menjalari tubuhnya. Dengan paniknya petani melarikan istrinya ke rumah sakit. Setelah dianggap mereda, petani memulangkan istrinya meski masih terlihat demam. Dan sudah menjadi kebiasaan di desa itu, setiap orang sakit demam, obat pertamanya adalah memberikan sup ayam segar yang hangat. Petani langsung mengasah pisaunya, dan pergi ke kandang mencari ayam untuk bahan supnya. Baca Juga  Para Anak Mitra Berprestasi di Mataram Raih Beasiswa Grab Rupanya sakit sang istri tak kunjung membaik. Sakitnya istri petani ini sampai ke telinga tetangga, sehingga banyak yang datang menjenguk. Untuk menjamu tetangga yang datang, petani harus menyiapkan makanan yang cukup. Dengan terpaksa petani ini kembali ke kandang mengambil kambing dan disembelih untuk dibuat gulai yang akan disantap para tetangga yang datang membesuk. Namun itu tidak cukup, kondisi istri petani kian parah dan akhirnya meninggal dunia. Orang yang datang mengurus pemakaman hingga melaksanakan doa bersama, lebih banyak lagi. Tak ada cara lain, Lembu di kandang dijadikan makanan untuk puluhan warga. PESAN MORAL: Sikap mementingkan diri sendiri lebih banyak keburukan daripada kebaikannya. Karena menganggap masalah tikus bukan menjadi bagian dari masalahnya, justru yang menjadi korban adalah ayam, kambing dan lembu. (*)  Adblock test (Why?)

Komentar