Buku Bacaan Bermutu Bersama Metode Tarl

ProSumbawa Oleh Sahra, M.Pd (Pengawas SMP) Untuk melengkapi berbagai program penguatan literasi, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) meluncurkan kebijakan Merdeka Belajar Episode Ke-23: Buku Bacaan Bermutu untuk Literasi Indonesia. Program tersebut berfokus pada pengiriman buku bacaan bermutu untuk jenjang Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) dan Sekolah Dasar (SD) yang disertai dengan pelatihan bagi guru. Terobosan Merdeka Belajar Episode ke-23 diluncurkan untuk melengkapi tiga terobosan Merdeka Belajar yang telah hadir sebelumnya dan berfokus pada peningkatan literasi siswa. Pertama adalah program Kampus Mengajar yang menjadi bagian dari Kampus Merdeka sebagai Merdeka Belajar episode ke-2. Mahasiswa yang menjadi peserta program Kampus Mengajar dikirim ke sekolah-sekolah di daerah untuk membantu peningkatan kemampuan literasi dan numerasi siswa. Sejak diluncurkan pada tahun 2020, saat ini sudah ada lebih dari 90 ribu mahasiswa peserta program Kampus Mengajar yang membantu lebih dari 20 ribu sekolah. Selain itu, Kepala Perpustakaan Nasional, Muhammad Syarif Bando juga mendukung kebijakan Merdeka Belajar Episode ke-23. “Program ini sangat mulia dan bagus karena akan melibatkan perpustakaan-perpustakaan di sekolah guna mempercepat terwujudnya kualitas sumber daya manusia (SDM) sesuai dalam RPJM,” tutur Syarif. Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbudristek), Nadiem Anwar Makarim menegaskan bahwa kunci keberhasilan program Buku Bacaan Bermutu untuk Literasi Indonesia bukan hanya menerima buku dari Kemendikbudristek, melainkan semangat para guru dalam  membacakan buku kepada para siswa agar anak-anak senang membaca. “Program ini tidak akan sukses jika guru-gurunya tidak termotivasi untuk membacakan buku kepada siswanya dan mendorong anak-anak untuk membaca buku,” ujar Mendikbudristek dalam sesi dialog bersama guru dan kepala sekolah penerima Buku Bacaan Bermutu dari Kemendikbudristek. Dalam kesempatan ini, Mendikbudristek juga menyampaikan peran orang tua yang tidak kalah penting dalam meningkatkan kompetensi literasi anak. “Kita perlu dukungan tidak hanya dari guru dan kepala sekolah, tetapi juga orang tua, karena peran orang tua punya dampak besar dalam menentukan anak-anak kita untuk mencintai buku,” ujar Mendikbudristek. Baca Juga  Netizen Dukung Keberadaan STP di UTS Terkait dengan hal diatas, maka metode yang tepat untuk penguatan literasi melalui buku bacaan pada siswa tingkat dasar kelas 1 sampai kelas 4, metode Teaching at the Right Level (TaRL) yang penulis bisa sarankan untuk digunakan atau dilakukan. Metode TaRL ini merupakan pendekatan belajar yang lebih berfokus pada tingkat kemampuan siswa dibandingkan tingkatan kelasnya. Dengan demikian, pendekatan ini dapat membantu guru merancang pembelajaran sesuai tahap pencapaian setiap siswa, terutama dalam meningkatkan kemampuan numerasi dan literasi. Bagaimana cara menerapkan Teaching at the Right Level (TaRL) di kelas? * Asesmen Pada awal proses pembelajaran, guru melakukan asesmen untuk mengenali potensi, karakteristik, kebutuhan dan perkembangan siswa. Dari hasil asesmen tersebut, siswa kemudian akan dikelompokan berdasarkan level tingkat capaian dan kemampuan yang serupa. * Perencanaan Pada tahap ini, guru diberi keleluasaan untuk merancang berbagai aktivitas pembelajaran dengan menggunakan berbagai perangkat ajar, sehingga pembelajaran dapat disesuaikan dengan level tingkat capaian dan kemampuan siswa tidak hanya melihat usia dan tingkatan kelasnya. Perangkat ajar ini bisa menggunakan buku bacaan yang sudah diklasifikasi dari mengenal huruf, membaca kata, membaca kalimat, dan membaca paragraf * Pembelajaran Dalam proses pembelajaran, guru perlu memperhatikan kemajuan level tingkat capaian dan kemampuan dasar siswa dalam membaca dengan melakukan asesmen secara berkala yang dapat dilakukan dengan berbagai aktivitas dengan buku bacaan yang dibaca siswa sesuai level kemampuan. Baca Juga  Jajanan Sekolah Rawan Keracunan, Dikes dan BPOM Gelar Bimtek Pengajaran dengan menggunakan pendekatan TaRL adalah mengatur siswa tidak terikat pada tingkatan kelas. Namun dikelompokkan berdasarkan fase perkembangan ataupun sesuai dengan tingkat kemampuan siswa yang sama. Sehingga acuannya pada capaian pembelajaran, namun disesuaikan dengan karakteristik, potensi, kebutuhan siswanya. Demikianpun dengan hasil belajarnya, juga ditentukan oleh berdasarkan evaluasi pembelajaran sesuai dengan fase/levelnya. Siswa yang belum mencapai capaian pembelajaran di fasenya, akan mendapatkan pendampingan oleh pendidik untuk bisa mencapai capaian pembelajarannya. Tingkat capaian (the right level) merupakan suatu pernyataan terkait apa yang diharapkan, diketahui, dipahami dan dikerjakan oleh siswa setelah menyelesaikan suatu pembelajaran. Adapun tujuan pendekatan belajar yang mengacu pada tingkatan capaian atau kemampuan siswa adalah Penguatan kemampuan numerasi dan literasi pada siswa, serta Pengetahuan pada mata pelajaran yang menjadi capaian pembelajaran. Siswa tidak terikat pada tingkatan kelas. Namun dikelompokkan berdasarkan fase perkembangan ataupun sesuai dengan tingkat kemampuan siswa yang sama. Setiap fase, ataupun tingkatan tersebut mempunyai capaian pembelajaran yang harus dicapai. Proses pembelajaran siswa akan disusun mengacu pada capaian pembelajaran tersebut, namun disesuaikan dengan karakteristik, potensi, kebutuhan siswanya. Kemajuan hasil belajar akan ditentukan berdasarkan evaluasi pembelajaran. Siswa yang belum mencapai capaian pembelajaran di fasenya, akan mendapatkan pendampingan oleh pendidik untuk bisa mencapai capaian pembelajarannya. Dengan memperhatikan capaian, tingkat kemampuan, kebutuhan siswa sebagai acuan untuk merancang pembelajaran, maka kita melakukan segala upaya kita untuk berpusat pada siswa dan siswa mampu membaca dengan baik. (*) Adblock test (Why?)

Komentar