ProSumbawa Oleh: Syukri Rahmat
(Mahasiswa Program Pasca Sarjana Manajemen Inovasi Universitas Teknologi Sumbawa)
Pendahuluan
Tana Samawa, yang saat ini dikenal dengan Kabupaten Sumbawa, awalnya adalah berbentuk Kesultanan Sumbawa, yang berdiri pada tanggal 30 November 1648. Wilayah Kesultanan Sumbawa, terbentang dari Empang di ujung timur Sumbawa, sampai Jereweh, yang sekarang menjadi salah satu kecamatan di wilayah Kabupaten Sumbawa Barat, setelah terjadinya pemekaran tahun 2003 lalu.
Seiring perjalanan waktu, Kesultanan Sumbawa, berubah menjadi Kabupaten Sumbawa, melalui proses yang cukup panjang. Bermula dari bergabungnya Kesultanan Sumbawa menjadi bagian dari pemerintah Republik Indonesia, pada tanggal 14 April 1950, yakni dengan ditandatanganinya Surat Pernyataan Bersama dari Swapraja Bima, Sumbawa dan Dompu, yang ditandatangani oleh Datu Ranga, Abdul Madjid atas nama Kepala Daerah Pulau Sumbawa.
Sebagaimana lazim dipahami, bahwa pembentukan Kabupaten Sumbawa tidak terlepas dari proses terbentuknya Provinsi Nusa Tenggara Barat sebagaimana yang diamanatkan dalam Undang-undang Nomor 64 Tahun 1958 dan Undang-Undang Nomor 69 Tahun 1958 yang merupakan tonggak sejarah terbentuknya Daswati I Nusa Tenggara Barat dan Daswati II dalam Provinsi Nusa Tenggara Barat yang terdiri dari: Daswati II Lombok Barat, Daswati II Lombok Tengah, Daswati II Lombok Timur, Daswati II Sumbawa, Daswati II Dompu, Daswati II Bima. Sehingga perkembangan lebih lanjut, pada tanggal 22 Januari 1959 Kabupaten Sumbawa resmi terbentuk, sekaligus pada tanggal yang sama dilakukan pengangkatan dan pelantikan Pejabat Sementara Kepala Daerah Swatantra Tingkat II, YM. Sultan Muhammad Kaharuddin III sebagai Kepala Daerah Swantantra Tingkat II Sumbawa.
Sejarah Singkat dan Filosofi Bangunan Istana Dalam Loka
Sebagai suatu negara berdaulat yang berbentuk kesultanan, Sumbawa memiliki banyak peninggalan sejarah dan budaya, yang harus dipelihara dan dilestarikan, sebagai kekayaan yang sangat bernilai. Salah satunya, Istana Dalam Loka.
Istana ini, dibangun pada pada tahun 1885, pada era pemerintahan Sultan Muhammad Djalalaluddin III. Sultan Sumbawa yang ke 16. Beliau memerintah dari tahun 1883 – 1931. Konsepsi bangunan Istana Dalam Loka, sangat sarat dengan makna filosofis dan nilai-nilai religusitas (Islam) bagi Tau dan Tana Samawa. Hal ini dapat dilihat dari : pertama, jumlah tiang 99 yang bermakna Asmaul Husna, yakni Nama-Nama Allah swt yang baik. Kedua, model atap bangunan istana yang kembar. Hal ini perlambangan dua kalimat syahadat, yakni syahadat Tauhid dan syahadat Rasul saw. Ketiga, posisi tangga utama untuk naik ke Istana yang disebut dengan Tete Gas, yang berada pada posisi sedikit di sebelah kiri di antara bangunan, yang menggambarkan telunjuk orang yang sedang tasyahud ketika shalat. Keempat, jumlah anak tangga yang berada di dalam Istana. Tangga pertama, jumlah anak tangganya yang dalam Bahasa Sumbawa disebut ilat berjumlah 17, ini menggambarkan 17 rakaat shalat fardhu yang lima waktu. Sedangkan tangganya yang satu, jumlah anak tanggany, 13. Ini menggambarkan jumlah rukun shalat. Serta makna-makna filosofis dari atribut-atribut lain yang ada di Istana Dalam Loka.
Baca Juga Minim, Sekolah dan Guru di Sumbawa Terdampak Program Inovasi
Selain itu, bangunan Istana Dalam Loka yang berada di dalam satu lingkungan Masjid Agung, secara sungguh-sungguh memberikan makna bahwa, hati dan pikiran Tau ke Tana Samawa, harus senantiasa bertautan dengan Masjid, yang menjadi rumah Allah sekaligus sebagai simbol akherat. Pemimpin terutama, harus benar-benar menjadi uswah, menjadi tauladan terhadap rakyat-rakyatnya, dalam rangka menjaga kepemimpinannya, agar senantiasa bersesuaian dengan aturan-aturan Allah swt dan Rasulullah saw.
Alasan Menjadikan Istana Dalam Loka Sebagai pusat Kajian Kebudayaan di Kabupaten Sumbawa
Indonesia, sebagai negara yang kaya akan adat dan budaya, senantiasa menarik untuk terus menerus dikaji, yang produknya tidak hanya untuk sekadar sebagai pengetahuan (knowledge), akan tetapi juga sekaligus mewujud menjadi sikap tentang bagaimana menjadi akan-anak bangsa yang baik, yang bisa saling memahami satu sama lain, bisa saling mengerti satu sama lain, dengan kekayaan adat dan budaya yang dimiliki.
Tak terkecuali Sumbawa, sebagai daerah eks kesultanan, Sumbawa terkenal dengan kekayaan adat dan budayanya yang dilandasi oleh semangat dan nilai-nilai Islam. Pelbagai kegiatan atau upacara-upacara Adat dan budaya Sumbawa, yang telah tumbuh berkembang sejak masa lalu, sampai hari ini masih tetap bertahan. Hal ini dapat disaksikan pada upacara-upacara daur hidup masyarakat Sumbawa.
Upacara-upacara Daur Hidup tersebut, dimulai sejak dalam kandungan (pre natal), berupa Biso Tian. Kemudian upacara setelah kelahiran (post natal) yang di bagi menjadi : (a) masa bayi ; Olo Singin/Beang Singin (pemberian nama), Gunting Bulu, Aqiqah, Baterok (untuk laki-laki) dan Turin Tana, (b) masa kanak-kanak ; Asa Isit/ Barasa, Basunat (untuk laki-laki), Batoba (untuk perempuan), antat ngaji, basatamat (c) Masa Remaja / Dewasa ; Pangantan / Basukat.
Baca Juga Awali Pembangunan Mushollah, SMAN 2 Sumbawa Gandeng Kemenag
Seiring perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, yang ditandai dengan terbukanya arus informasi yang demikian dahsyat, suka tidak suka, menuntut adanya daya tahan terhadap pelbagai serangan modernitas, yang kadang-kadang membawa dampak yang kurang baik bagi masyatrakat teriutama kalangan generasi muda, yang diharapkan menjadi penerus perjuangan untuk mengisi pembangunan yang dilandasi oleh nilai-nilai adat dan budaya yang telah ada.
Mengapa “Harus” Istana Dalam Loka ?
Istana Dalam Loka adalah bukti perjalanan sejarah peradaban Tau dan Tana Samawa dan menjadi ikon Kabupaten Sumbawa yang bermotto “Sabalong Samawa Lewa”, yang saat dengan makna-makna filosofis yang menjadi kebanggaan bagi Tau dan Tana Samawa. Bahkan di Taman Mini Indonesia Indah (TMII), Duplikat Istana Dalam Loka, berdiri dengan gagah, mewakili eksistensi Provinsi Nusa Tenggara Barat. Bahkan sebagai salah satu situs sejarah, Istana Dalam Loka sendiri, bisa sekaligus menjadi sumber belajar yang sangat menarik untuk dipelajari dan dikaji karena nilai-nilai filosofis yang dimilikinya tersebut.
Bahwa sebagai situs, Istana Dalam Loka, sudah pasti, bahwa ia tidak hanya berdiri sebagai bangunan. Akan tetapi, banyak hal yang bisa menjadi sumber ilmu pengetahun, yang sangat bermafaat buat siapa saja, terutama bagi kalangan generasi muda Sumbawa dan Indonesia.
Penyelenggara Kajian
Untuk kepentingan kajian, maka Lembaga Adat Tana’ Samawa (LATS), diharapkan dapat memaksimalkan fungsinya sebagai penyelenggara atau menjadi institusi yang menfaasilitasi terselenggaranya kajian. Tentu dalam ini LATS dapat bekerjasama dengan perguruan tinggi – perguruan tinggi yang ada di Kabupaen Sumbawa dan di luar Sumbawa. Termasuk dengan lembaga-lembaga lain, yang memeiliki visi missi dan program yang sama dalam hal pengkajian kebudayaan dan keislaman.
Penutup
Mudah-mudahan apa yang menjadi harapan penulis, untuk menjadikan Istana Dalam Loka, sebagai pusat kajian kebudayaan dan keislaman dapat terwujud. Karena sekali lagi, program ini sangat menarik dan insya Allah sangat bermanfaat bagi masyarakat, bagi pemerintah, bagi Tau dan Tana Samawa. (*)
Tugas Ujian Tengah Semester
Mata Kuliah Sistem Inovasi dan Organisasi Pembelajaran
Dosen Pengampu : Dr. Umar, S.Pd., M.Pd.
Post Views:
51
Adblock test (Why?)
Komentar
Posting Komentar