ProSumbawa SUMBAWA BARAT—Ahli Waris Toe meyakini bahwa kebenaran pasti akan terungkap. Hanya tinggal menunggu waktu. Keyakinan ini terkait perjuangan ahli waris untuk mendapatkan lahan miliknya yang dikuasai orang lain. Terutama lahan seluas 8,5 hektar yang berlokasi di samping Hotel Yoyo, Desa Sekongkang Bawah, Kecamatan Sekongkang, Kabupaten Sumbawa Barat (KSB).
Lahan ini terbagi dalam empat obyek. Yaitu dibeli dari Halidi Patau 1 hektar, Halidi Resad 2,6 hektar, H. Mukhtar 2,5 hektar dan H. Makawaru 2,5 hektar.
Nyonya Lusy–Ahli Waris Toe kepada samawarea com, Senin (28/3), mengungkap bahwa lahan samping Hotel Yoyo miliknya telah diukur tiga kali dalam waktu yang berbeda. Dari pengukuran ini menghasilkan peta ukur dengan nama-nama yang menguasai obyek.
Peta ukur inilah yang mengungkap adanya kejanggalan. Sebab nama yang menguasai lahan dari masing-masing peta ukur ini berbeda beda. Bahkan ada juga tercatat nama baru dalam lahan dimaksud. Nama baru ini muncul di lahan seluas 2,5 hektar bagian dari 8,5 hektar. Lahan 2,5 hektar ini dibeli almarhum Toe dari H. Mukhtar.
Ini bisa terjadi karena H. Mukhtar telah meninggal dunia. Demikian dengan Toe juga meninggal dunia, sehingga jejak sejarah kepemilikan lahan oleh Almarhum Toe ini dianggap terputus dan sulit untuk bisa terungkap.
Namun anggapan itu salah, karena ahli waris tetap bergerak, menelusuri dan mengumpulkan seluruh dokumen yang ada untuk melakukan perlawanan.
“Hanya dalam waktu beberapa bulan nama nama di peta ukur berbeda beda. Harusnya data di peta itu konsisten dan tetap sama,” kata Nyonya Lusy.
Baca Juga Kadis Koperindag dan Sekdis Dukcapil KSB Diduga Terlibat Politik Praktis
Ia mengakui sejak H. Mukhtar dan Toe meninggal dunia banyak yang berkepentingan dengan tanah milik almarhum ini. Bahkan mereka sepertinya berlomba lomba untuk menguasainya.
Terbukti ketika tim BPN hendak mengukur lahan tersebut untuk disingkronkan dengan dokumen yang dimiliki ahli waris, belum lama ini. Tiba-tiba muncul seorang pria yang diketahui bernama Syarafuddin dan rekannya menghalangi tim untuk mengukur lahan tersebut. Padahal menurut Nyonya Lusy, almarhum Toe membeli lahan tersebut dari H. Mukhtar, dan tidak pernah ada nama Syarafuddin.
Di lokasi, Syarafuddin mengakui dia adalah pemilik asal lahan 2,5 hektar yang hendak diukur tim. Syaraf membantah jika lahan 2,5 hektar itu milik H. Mukhtar yang dijual ke Toe.
Syaraf memang mengakui pernah menjual dua obyek tanah. Yaitu dijual kepada H. Mukhtar, yang letaknya berada di dalam Hotel Yoyo. Kemudian satu lahan lagi di luar atau di samping hotel (lahan yang hendak diukur tim) dijual kepada Rusmayadi.
Padahal menurut Nyonya Lusi, data yang dikantonginya menyebut lahan yang dibeli Toe dari Mukhtar berada di lahan yang akan diukur tim tapi dihalangi Syaraf. Dengan sikap dan pengakuan Syaraf ini, Nyonya Lusi menyebutkan ada tiga persoalan yang bakal muncul.
Pertama, jika benar Syaraf menjual tanah kepada H. Mukhtar di areal Hotel Yoyo, berarti lahan dimaksud milik Toe. Sebab tanah yang dibeli Mukhtar kepada Syaraf ini telah dijual kepada Toe.
Baca Juga Polisi Siaga Antisipasi Serangan Balasan
Dengan pernyataan Syaraf ini sangat berpotensi memantik konflik baru. Pihak Hotel Yoyo pasti akan bereaksi dan komplin dengan Syaraf atas pernyataannya itu.
“Pengakuan Syaraf ini justru menguntungkan kami selaku Ahli Waris Toe, karena ternyata lahan kami diambil Hotel Yoyo,” ungkap Nyonya Lusi.
Kedua, jika Hotel Yoyo membuka data yang diperkuat dengan warkah tanah, ternyata pernyataan Syaraf salah besar, maka akan berdampak hukum terhadap Syaraf itu sendiri. Artinya lahan milik Toe yang dibeli dari H. Mukhtar, ternyata bukan di dalam areal Hotel Yoyo, melainkan di luar Hotel Yoyo.
Ketiga, jika benar lahan di samping Hotel Yoyo milik Toe, maka Syaraf akan berurusan dengan Rusmayadi. Sebab Syaraf menjual lahan yang bukan miliknya, melainkan milik Toe yang dibeli dari H. Mukhtar.
“Jika ini terbukti akan banyak masalah yang dihadapi Pak Syaraf,” kata Nyonya Lusi beranalisa.
Nyonya Lusy berharap agar Syaraf berterus terang.
“Berlakulah jujur jika tidak ingin repot. Kita ini sudah tua yang sebentar lagi akan meninggalkan dunia,” tambah Nyonya Lusy.
Sementara Rusmayadi yang dihubungi via telepon seluler tidak berhasil dikonfirmasi karena HP nya tidak aktif. Demikian dengan Syarafuddin yang coba dikonfrontir kembali melalui saluran telepon juga tidak aktif. (SR)
Adblock test (Why?)
Komentar
Posting Komentar