Angka Stunting di Sumbawa Capai 11,33%, Terendah di NTB !

ProSumbawa SUMBAWA BESAR, samawarea.com (6 September 2021) Stunting masih menjadi perhatian serius Pemerintah Kabupaten Sumbawa. Berbagai upaya digenjot untuk menurunkan angka stunting yang masih relative tinggi. Meski demikian angka stunting di Kabupaten Sumbawa paling rendah dibandingkan dengan kota/kabupaten lain di NTB. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Sumbawa melalui Kabid Kesehatan Masyarakat, dr. Hj. Nieta Ariyani yang ditemui samawarea.com di ruang kerjanya, Senin (6/9), mengakui hal itu. Dikatakan, bahwa laporan per tanggal 30 Agustus berdasarkan 94% data yang terinput dari semua puskesmas di Kabupaten Sumbawa dengan sasaran balita usia 0–59 bulan, terdeteksi yang stunting mencapai 11,33%. Dari persentase ini, angka stunting mencapai 4000-an dari 34 ribu balita (usia 0—59 bulan). Angka ini terbilang paling rendah dari kabupaten/kota lainnya di NTB. Karena itu Ia memberikan apresiasi kepada semua lintas sektor maupun desa dan kecamatan, karena upaya yang dilakukan membuahkan hasil yang cukup bagus dalam rangka menekan angka stunting di Kabupaten Sumbawa. “Alhamdulillah patut disyukuri sudah ada penurunan. Sekarang yang kita perbaiki hanya percepatannya,” ujar dr. Nieta. Ikhtiar yang dilakukan adalah mencegah lahirnya stunting. Dinas Kesehatan selaku leading sektor terkait, akan melakukan intervensi secara spesifik. Di antaranya menggelar Pelatihan PMBA (Pemberian Makan Bayi dan Anak) empat angkatan. Sasarannya adalah para kader, dengan memberikan  pemahaman tentang pentingnya melakukan pemantauan pertumbuhan setiap bulan di Posyandu. Baca Juga  Wagub NTB Pimpin Rapat Koordinasi Persiapan Pemilu 2019 Kemudian pemahaman tentang memberikan makanan yang benar bagi anak. Caranya, memberikan asupan yang terbaik di masa emas usia bayi 0—6 bulan. “Upaya spesifik ini terus kami galakkan walaupun memang hanya berkontribusi sekitar 30% saja bagi penurunan stunting ini,” imbuhnya. Selain menggelar pelatihan PMBA, pihaknya juga memiliki WA Grup Rembug Stunting yang anggotanya dari lintas sektor. Melalui WAG ini setiap informasi di-update, bukan hanya masalah gizi tapi semua indikator yang berpotensi terhadap terjadinya stunting. Misalnya persoalan sanitasi dan pengelolaan sampah. Khusus untuk pengelolaan sampah, beberapa kecamatan di Kabupaten Sumbawa belum memiliki TPA (Tempat Pembuangan Akhir). Ini menjadi permasalahan. Selanjutnya sanitasi, bebas buang air besar sembarangan sudah cukup bagus mencapai di atas 80%. Untuk mencapai 100 persen, pihaknya berupaya memperbaiki kualitas sanitasi masyarakat melalui Jambanisasi. Program ini mendapat respon positif dari Dinas DPMD dengan membuat Peraturan Bupati (Perbup) mengenai kewenangan lokal berskala desa untuk pembuatan jamban. “Paling penting dari semua ini adalah mengubah prilaku masyarakat untuk memahami betapa pentingnya memiliki jamban, karena ternyata masalah sanitasi itu punya potensi besar terhadap timbulnya permasalahan kesehatan salah satunya stunting,” ungkapnya. Sementara soal gizi, dr. Nieta menemukan ada 12 masalah berdasarkan laporan aplikasi elektronik pencatatan pelaporan gizi berbasis masyarakat. Dominan ditemukan anak-anak kekurangan gizi atau asupan makanan. Anak-anak ini berasal dari keluarga tidak mampu, ada anggota keluarga yang merokok di dalam rumah, dan anak yang belum mendapatkan ASI dengan baik, serta memiliki banyak anak namun berpenghasilan tak menentu. Baca Juga  Kadisnakertrans NTB Puji Sumbawa Responsif Tangani Kasus TKI Dari masalah ini didiskusikan melalui WAG, agar mendorong adanya program-program dari desa yang mengarah pada pemberdayaan masyarakat. Menggugah masyarakat sekitar untuk berempati dan membantu sesama yang kurang beruntung. “Ini adalah persoalan bersama yang harus juga ditangani secara bersama pula,” pungkasnya. (SR) Adblock test (Why?)

Komentar