Penenun Tradisional Poto Siap Mengembangkan Motif Baru

ProSumbawa SUMBAWA BESAR, samawarea.com (31/5/2021) Sumbawa memiliki kekayaan tenun dengan corak yang beragam dan kaya. Hal ini tentu menjadi potensi yang sangat besar bagi kemajuan pariwisata di NTB khususnya Kabupaten Sumbawa. Kain tenun Sumbawa dasarnya berupa katun atau sutra dengan benang yang digunakan berupa perak dan emas. Kain tenun Sumbawa dikenal juga dengan nama Kre’ Sesek atau Kre’ Alang (Kre: Kain, Alang: Rumah Panggung Bertingkat). Kre’ Alang digambarkan dengan motif bercorak padat sekitar 4 hingga 5 motif dalam setiap helainya. Beberapa motif Kre’ Alang Sumbawa di antaranya Lonto Engal, Gelampok, Kemang Setange, Pusuk Rebong, Ular Naga, Slimpat dan Pio. Kesemua motif ini memiliki filosofinya masing masing. Sebut saja, Lonto Engal yang identik dengan tanaman merambat dengan buah terpendam di tanah. Filosofinya merupakan gambaran karakter pekerja keras, menghindari pujian dan sanjungan. pada Intinya, karakter Lonto Engal menggambarkan sifat yang lebih suka bekerja daripada berbicara. Hingga saat ini, Kabupaten Sumbawa sudah memiliki sekitar 200 penenun yang tersebar di beberapa kecamatan. Jumlah tersebut terus bertambah karena kesadaran generasi muda akan tenun meningkat terlebih lagi dengan dilakukannya beberapa pelatihan terhadap masyarakat yang ingin belajar menenun. Menurut kepercayaan para penenun di Sumbawa,  ada syarat khusus bagi penenenun yang harus dipenuhi sebelum membuat kain tenun. syarat sakral inilah yang semakin membuat tenun Sumbawa sarat akan filosofi dan makna. Baca Juga  Haul Gus Dur, Refleksi Akhir Tahun Keluarga NU dan UNU NTB Prosesi sakral dalam pembuatan Tenun Sumbawa masih dipertahankan oleh para penenun tradisional saat ini, khususnya di Desa Poto. Desa Poto merupakan desa yang mayoritas masyarakatnya berprofesi sebagai petani dan berladang. Desa ini merupakan salah satu dari desa yang masih melestarikan tenun lokal di Sumbawa dan menjadi satu dari 8 desa yang masuk dalam kategori desa pemajuan kebudayaan di Indonesia. Secara filosofis, motif tenun Sumbawa memiliki ikatan timbal balik dan harmoni antara manusia dengan alam. Alam sebagai penyusun lingkungan. Motif tenun juga merupakan representasi pola interaksi dan kekerabatan dalam kehidupan di masyarakat Sumbawa. Sebagai bentuk pengabdian kepada masyarakat (PKM) dan untuk mempromosikan tenun dan pengembangan motif tenun, Fakultas Teknobiologi UTS  bersama Asia Coatings Enterproses (ACE) melakukan workshop pelatihan pembuatan tenun dengan pengembangan motif berdasarkan SDA endemik sumbawa diantaranya adalah Hiu Paus. Kegiatan PKM ini dilaksanakan di Aula Dusun Semeri yang oleh Kementerian Perindustrian RI tahun 2016 dijadikan Sentra Tenun Nesek Sumbawa. Dekan Fakultas Teknobioogi Izzul Islam, M. Sc. Eng dalam sambutannya mengatakan bahwa tujuan kegiatan ini adalah memberikan gambaran ide untuk pengembangan motif tenun dengan tidak menghilangkan motif sakral yang telah ada. “Motif baru ini hanya penambahan yang disesauikan dengan sumber daya alam endemik sumbawa yang harus kita ekspose. ini juga menjadi bagian dari edukasi agar masyarakat juga ikut menjaga SDA endemik karena merupakan bagian yang tertuang dalam budayanya dalam bentuk tenun,” tutur Izzul. Baca Juga  Mendagri Tito Puji Program JPS Gemilang Kegiatan ini adalah rangkaian kegiatan workshop di tiga desa tujuan, yaitu Labuhan Jambu dengan tema gantungan kunci imajinatif hiu paus, Dusun Prajak dengan tema pewarna mangrove alami dan terakhir Desa Poto dengan tema pengembangan motif tenun hiu paus. Melalui kegiatan ini diharapkan munculnya kemitraan strategis melalui sinergi desa sesuai dengan potensinya, untuk membangun desa wisata berbasis ilmiah dan lingkungan. Luarannya, Hiu Paus yang menjadi Icon di Desa Labuhan Jambu, menjadi pengembangan motif tambahan tenun di Desa Poto yang benang kainnya berasal dari pewarna alami yang diproduksi oleh Dusun Prajak. Kepala Desa Poto Fathul Muin, S.P beserta Anggota Asosiasi Penenun Tradisional Samawa (APDISA) menyambut baik kegitan ini dan mengapresiasi inisiasi yang dilakukan oleh Fakultas teknobiologi UTS untuk mengembangkan dan memajukan tenun Sumbawa. Fathul Muin berharap dengan kegiatan ini tenun khas sumbawa bisa lebih dikenal dan pengembangan motif tambahan bisa lebih beragam lagi. Dukungan serupa diberikan oleh KT PKK Nurhayati. “Sebagai warga Poto kami sangat senang dengan kegiatan ini, ini memberikan pandangan baru bagi pelaku seni tenun agar bisa lebih inovatif, tenun sumbawa adalah kekayaan kita bersama jadi eksistensinya harus kita jaga salahsatunya dengan inovasi,” pungkasnya.  (SR) Adblock test (Why?) http://dlvr.it/S0myQx
http://dlvr.it/S0nShs

Komentar