ProSumbawa SUMBAWA BESAR, samawarea.com (23/2/2021)
Barapan ayam merupakan salah satu tradisi rakyat Kabupaten Sumbawa. Tradisi ini digelar di Dusun Pamunga, Desa Usar, Kecamatan Plampang, Senin (22/2) sebagai pelestarian budaya leluhur.
Panitia Penyelenggara, Marwanto Bate mengatakan bahwa barapan ayam ini salah satu permainan rakyat Samawa selain Barapan Kebo (Karapan Kerbau). Permainan ini sudah turun-temurun dari leluhur di Sumbawa. “Barapan ayam ini hampir sama dengan barapan kerbau, yang juga salah satu tradisi warga Sumbawa,” kata Marwanto.
Tak jauh berbeda dengan barapan kerbau yang dipasangkan noga (kayu penyangga) di atas kepalanya agar dua kerbau tetap berlari bersama, barapan ayam juga menggunakan sejenis noga yang terbuat dari tali benang. Sementara joki barapan ayam menggunakan lontar sebagai alat penggiring ayam agar sampai tujuan.
“Kegemaran ini adalah perpaduan sepasang ayam dengan keterampilan joki. Kecepatan ayam pun tergantung dari keahlian joki yang mengarahkan ayam agar dapat berlari kencang hingga mencapai saka (garis finish),” jelas Marwanto di sela-sela kegiatan barapan ayam.
Ia mengatakan, barapan yang menjadi tradisi budaya Sumbawa biasanya diadakan saat musim menanam padi. Namun seiring berjalan waktu, kegiatan yang didominasi para kaum adam bahkan kaum hawa, dikembangkan menjadi event mingguan. Selain melestarikan tradisi, barapan ayam saat ini banyak digemari dan menjadi hobi bagi masyarakat Sumbawa. Mulai dari anak-anak, remaja, hingga orang tua. Baca Juga Nekat, Indomart di Sumbawa Barat Beroperasi Tanpa Izin
Ia menyebutkan, kegiatan latihan teratur biasanya dilakukan pada Hari Senin, dan untuk kegiatan besar-besaran dilaksanakan pada Hari Sabtu. Jumlah peserta yang ikut lomba pun mencapai ratusan. “Biasanya 150 sampai 200 ayam yang ikut barapan. Bahkan lebih dari itu, tergantung skala lombanya,” imbuhnya.
Sementara ayam yang diperbolehkan ikut bertanding hanya ayam kampung jantan. Ayam yang dilombakan mempunyai kelas masing-masing dari kelas 1 sampai kelas 6. “Golongan kelas 1 adalah ayam yang paling besar,” ujarnya.
Untuk menjadi pemenang, mereka harus mencatat waktu tercepat. Namun untuk menggiring ayam sampai garis finish bukan perkara mudah. Untuk mengendalikan ayam memerlukan keterampilan joki. Bila joki tidak terampil “memiloti” ayamnya, bukannya garis finish yang dituju, malah kembali ke garis awal.
Dalam perlombaan barapan ayam, setiap sepasang ayam harus melewati daun lontar yang ada di tengah garis finish. Jika sudah melewati daun lontar, maka ayam itu dapat dikatakan berhasil. Di sisi kanan dan kiri arena juga diberi tanda dengan daun lontar. Apabila ayam melewati daun lontar sisi samping dinyatakan gugur.
“Bagi tim yang menang dalam pertandingan latihan teratur tetap diberikan hadiah alakadarnya. Namun pada barapan ayam inti atau puncak, hadiahnya besar berupa kulkas, kompor, TV dan peralatan rumah tangga lainnya. Apabila skalanya lebih besar hadiah utama biasanya kambing dan sapi,” ungkap Marwanto. Baca Juga 210 Atlit Ikuti Karate Open Championship Dandim Sumbawa Barat Cup
Menurut dia, juara barapan bisa melambungkan harga ayam hingga angka jutaan. Ayam barapan sendiri biasanya dijual mulai Rp 500.000 per pasang. Barapan ayam menjadi salah satu upaya untuk mengembangkan wisata budaya. Tradisi ini mengandung pelajaran cinta kepada makhluk hidupdi samping ajang silaturahmi antar warga. “Barapan ayam ini ada sejak zaman dulu. Ini adalah ajang untuk mengikat tali bersaudaraan,” pungkasnya. (BUR/SR)
Let's block ads! (Why?)
Komentar
Posting Komentar