Haji Jarot: Masyarakat Bisa Bedakan Hasil Survey untuk Referensi atau Propaganda

ProSumbawa SUMBAWA BESAR, samawarea.com (5/12/2020) Lembaga Survey MY Insitute telah merilis hasil survei terakhirnya, Jumat (4/12/2020) kemarin. Survey yang dilaksanakan MY Institute bekerjasama dengan Olat Maras Institute (OMI) pada 19—26 November 2020 ini, salah satunya memprediksi raihan suara pada Hari Pencoblosan 9 Desember 2020 mendatang. Hasilnya, pasangan calon Drs. H. Mahmud Abdullah—Dewi Noviany M.Pd (Mo-Novi) menempati posisi teratas dengan raihan 32,1%, disusul Ir. Talifuddin M.Si—Sudirman SIP (Talif—Sudir) 22,3%, HM Husni Djibril B.Sc—Dr. HM. Ikhsan (Husni—Ikhsan) 15,4%, Nurdin Ranggabarani SH MH—H. Burhanuddin Jafar Salam SH MH (Nursalam) 15,4% serta Ir. H. Syarafuddin Jarot MP—Ir. H. Mokhlis M.Si (Jarot—Mokhlis) 14,8%. Hasil survey ini tentu mengundang reaksi dari berbagai pihak dengan beragam penilaian. Namun Pasangan Jarot—Mokhlis yang berada di posisi paling buncit berdasarkan survey MY Institute tersebut, menanggapinya dengan senyuman. Dalam jumpa persnya, Sabtu (5/12), Calon Bupati Sumbawa Ir. H. Syarafuddin Jarot MP menyebutkan bahwa kepentingan survei ada dua yaitu untuk referensi dan propaganda. Jika untuk referensi, sudah pasti hasilnya dipaparkan secara terang benderang dan apa adanya. Seperti Pusat Polling Indonesia (Puspoll Indonesia) yang selama ini digunakan Jarot Mokhlis. Puspoll menempatkan Mo—Novi di posisi teratas dengan 24,3% disusul Jarot Mokhlis 21,4% dengan selisih hanya 2,9%. Ini tidak mengada-ngada apalagi rekayasa, meski hasilnya Jarot Mokhlis bukan di posisi teratas. Jika tujuannya sebagai alat propaganda, maka yang berlaku ABS (Asal Bapak Senang). Yakni menambah persentase untuk memenangkan tuannya, dan menempatkan lawan beratnya di posisi paling bawah. Baca Juga  Secara Aklamasi, Taufik Pimpin Golkar Kecamatan Sumbawa Puspoll adalah lembaga survey nasional dan masuk dalam Asosiasi Lembaga Survey Indonesia. Tentunya lembaga tersebut tidak ingin mencoreng nama besarnya hanya untuk Pilkada Sumbawa. Sebab Puspoll juga melakukan survey untuk Pilkada atau Pilgub di sejumlah daerah. Hasil surveynya tidak bisa diintervensi, karena mereka ingin kredibilitasnya bertahan dalam jangka panjang, bukan untuk kepentingan sesaat. Hasil survey Puspoll dan Polmark menjadi gambaran hasil dari masifnya gerakan Jarot Mokhlis dalam melakukan kampanye. Hingga kini hanya dua desa yang belum sempat disambangi yakni Desa Mungkin Kecamatan Orong Telu dan Bao Desa Kecamatan Batu Lanteh. Selain itu sudah dijamah, termasuk Dusun Panubu, Desa Sili Maci yang berada di perbatasan Sumbawa—Dompu dan tidak satupun Paslon apalagi Bupati Sumbawa pernah ke sana. “Geliat gerakan kami ini menjadi gambaran dari hasil survey Puspoll maupun Polmark. Hasil itu menjadi rujukan kami, bukan menjadi alat propaganda. Kami bukan berasal dari kalangan politisi dan kami harus memiliki rujukan dari lembaga survey yang profesional dan kredibel,” ucapnya. Dari gambaran survey ini, lanjutnya, trend naik Jarot-Mokhlis cukup signifikan. Justru yang menjadi lawan head to head Jarot—Mokhlis yang memperlihatkan trend menurun. Karenanya masyarakat sudah cukup cerdas dalam menilai hasil survey untuk disingkronkan dengan fakta lapangan. Masyarakat juga sudah bisa membedakan mana survey untuk referensi maupun alat propaganda. “Intinya masing-masing calon punya hak untuk mempromosikan diri dengan cara apapun termasuk menjadikan survey sebagai referensi maupun alat propagandanya. Pastinya ketika survey dilakukan untuk kepentingan sesaat, maka konsekwensi akan didapat, sebab nama baik lembaga dipertaruhkan. Ibarat pepatah, sekali arang tercoreng di dahi, seumur hidup orang akan tetap mengingatnya,” tandas Haji Jarot—sapaan calon bernomor urut 5 dengan visi “Sumbawa Maju” ini. (SR) Let's block ads! (Why?)

Komentar