UTS Revolusi Pola Peternakan Melalui Inovasi Pakan

ProSumbawa SUMBAWA BESAR, samawarea.com (5/11/2020) Peternakan merupakan salah satu sektor terbesar yang dimiliki masyarakat Sumbawa. Ternak hampir dimiliki oleh seluruh masyarakat baik di wilayah kota maupun desa-desa yang masih memiliki lahan yang luas. Namun pola peternakannya cenderung dilakukan secara konvensional atau dilepas-liarkan karena dianggap memudahkan peternak memberikan pakan yang tersebar luas seperti rumput hijau maupun pakan hijauan lainnya. Memang kontur wilayah Sumbawa yang terdiri dari perbukitan dan lembah serta padang rumput yang luas memberikan kemudahan bagi para peternak, tetapi secara kualitas pakan, pola lepas liarkan ternak ini sangat jauh dari cukup. Sehingga persoalan yang terjadi adalah berat ternak dari Sumbawa tidak mencukupi untuk dijual ke luar daerah. Sebagai bumi sejuta sapi, identitas yang disematkan ke Pulau Sumbawa ini tentunya kontradiktif. Seharusnya dengan melimpahnya ternak, maka Sumbawa bisa menjadi lumbung ternak nasional dan harapannya ini bisa dhasilkan dari desa-desa yang tersebar di seluruh wilayah Sumbawa. Karenanya, salah satu peran universitas yakni memberikan transfer teknologi dan pendampingan kepada masyarakat untuk inovasi di bidang pakan ternak. Sebagai desa yang menjadi wilayah garapan program Merdeka Unversitas Teknologi Sumbawa, Tarusa memberikan dukungan totalitas dalam keberhasilan program ini. Hal ini ditunjukkan dalam keterlibatan masyarakat dan seluruh perangkat desa dalam setiap kegiatan yang dilaksanakan mahasiswa. Salah satu program yang menjadi harapan masyarakat adalah inovasi pakan ternak untuk merevolusi pola peternakan di masyarakat sehingga dapat meningkatkn kesejahteraan masyarakat desa. Pakan silase menjadi solusi yang bisa diterapkan untuk meningkatkan nutrisi pakan. Baca Juga  Umi Pipik Uje Talkshow “Wujudkan NTB Gemar Membaca” Wakil Rektor III UTS Khotibul Umam, M.Sc yang menyempatkan hadir dan memberikan materi menyampaikan pakan silase akan menjadi solusi untuk persoalan pakan dan pola peternakan konvensional yang cenderung kebutuhan nutrisi ternak kurang tercukupi. Memang, potensi hijauan pakan tinggi karena rumput banyak saat musim penghujan. “Tanpa pengontrolan pakan dan inovasi maka dengan biaya yang murah berat ternak dapat dicapai dengan waktu lebih pendek.” tutur Umam. Dalam kesempatan itu dilakukan praktek pembuatan silase bersama mahasiswa program merdeka di Desa Tarusa. Hadir 30 masyarakat desa yang juga mewakili kelompok ternak. Khairul Insani, S. Pi Kades Tarusa menyampaikan harapan besar terhadap  program pakan silase ini. “Ini akan menjadi produk baru bagi desa kami untuk memajukan peternakan desa,” tukas Khairul. Dengan bahan bahan sederhana seperti jerami, rumput gajah yang dicampurkan dengan air tebu dan EM-4 serta dilarutkan dalam air, bahan untuk pakan ternak silase siap untuk difermentasikan selama 14 hari. Setelahnya bisa diberikan ke ternak langsung maupun bisa juga dicampurkan dengan pakan lainnya, papar Umam. (SR) Let's block ads! (Why?)

Komentar