ProSumbawa SUMBAWA BESAR, samawarea.com (29/5/2020)
Kecamatan Labangka dan Plampang telah dikenal sebagai kecamatan sentra jagung. Setiap tahun panen selalu melimpah. Namun pada musim panen raya Tahun 2020 ini, hasil yang diperoleh petani di kecamatan tersebut jauh dari ekspektasi. Biasanya 10 ton kini menjadi 4–5 ton, atau biasanya 8 ton kini 2 sampai 3 ton.
Ansir—petani di Desa Suka Mulya Kecamatan Labangka kepada Wartawan Samawarea.com Biro Sumbawa Timur, Sabtu (13/6/2020) mengaku sudah sejak awal tahun petani diliputi rasa was-was dengan hasil panennya. Betapa tidak, biaya mulai dari pembelian bibit, tanam, obat-obatan, pupuk dan lainnya sangat besar. Untuk memenuhi semua itu, mereka harus meminjam uang bank. Namun hasil yang diperoleh merosot tajam akibat digerogoti hama ulat. “Buah jagungnya kelihatan besar dan bagus, tapi bijinya rusak dimakan ulat, petani mengalami kerugian yang cukup besar,” keluhnya.
Sementara Kepala Desa Sukamuliya Kecamatan Labangka, Munakib mengaku prihatin dengan nasib dihadapi warganya. Ibarat sudah jatuh tertimpa tangga, sudah dilanda virus Corona, kini tanaman jagung dan kacang hijaunya terserang hama ulat. “Hasil panen petani merosot. Tidak cukup untuk biaya hidup apalagi membayar hutang di bank,” ujarnya.
Tokoh Pemuda Sumbawa Timur, Handika Pratama mengatakan merosotnya hasil panen petani bukan hanya dirasakan di Labangka dan Plampang tapi juga Maronge, Empang dan Tarano. Di tengah merosotnya hasil panen petani, mereka juga dihadapkan dengan anjloknya harga jagung. Karena itu Ia mendesak Pemkab Sumbawa melalui dinas terkait turun tangan terutama meninjau kembali harga di tingkat lapangan bkisaran Rp 2.950—3.000 karena tidak mampu menutupi segala biaya produksi. (BUR/SR)
Let's block ads! (Why?)
Komentar
Posting Komentar