ProSumbawa KERJASAMA SAMAWAREA DENGAN DINAS SOSIAL KABUPATEN SUMBAWA
SUMBAWA BESAR, samawarea.com (16/6/2020)
Sebanyak 43 santri dan mahasiswa Pondok Modern Darussalam Gontor asal Sumbawa akan kembali ke Gontor, Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur. Setelah libur selama 2 bulan, mereka akan melanjutkan pendidikannya. Keberangkatan para santri dan mahasiswa ini dilakukan secara bertahap yang difasilitasi Ikatan Keluarga Pondok Modern Darussalam Gontor (IKPMDG) Kabupaten Sumbawa. Namun sebelum diberangkatkan melalui penerbangan di Bandara Internasional Lombok, mereka harus menjalani rapid test Covid-19, sesuai standar protocol kesehatan penanganan Covid yang menjadi syarat bagi orang dalam perjalanan keluar NTB.
Penanggung Jawab IKPMDG Kabupaten Sumbawa, H. Ahmad Arifin LC yang dikonfirmasi samawarea.com di Dinas Sosial Kabupaten Sumbawa, Senin (16/6/2020), mengakui bahwa santri dan mahasiswa PMD Gontor harus kembali melanjutkan pendidikannya ke Gontor. Mereka diberangkatkan per gelombang dimulai Senin (15/6/2020) 10 orang dan seterusnya, 13 orang, 5 orang, 8 orang dan 7 orang. Nanti para santri ini akan bergabung dengan rekan mereka yang berasal dari Bima, Kota Bima, Dompu dan KSB dengan jumlah total mencapai 87 orang. Masing-masing kabupaten ada koordinator untuk pemulangan. Sampai di Potoi Tano, mereka dijemput Koordinator Pulau Sumbawa yang mengantarnya hingga Pelabuhan Kayangan. Setibanya di Lombok disambut IKPM Lombok yang membawahi dua pulau yaitu Lombok dan Sumbawa. Sebelum diterbangkan menggunakan Pesawat City Link, para santri dan mahasiswa ini akan diinapkan semalam di Ponpes Haramain Narmada.
Tentunya sebelum balik ke Gontor, ungkap Dea Guru Arifin—akrab tokoh agama ini disapa, mereka harus memenuhi syarat yaitu mengantongi hasil rapid test Covid-19, surat keterangan sehat, dan pengantar dari IKPM. Tambahan lainnya, Pondok mewajibkan santri dan mahasiswa juga harus melengkapi diri dengan surat pernyataan telah melaksanakan isolasi mandiri selama 14. “Inilah tujuan kami datang ke Dinas Sosial meminta surat pengantar untuk menjalani rapid test di RSUD Sumbawa,” ungkapnya.
Untuk diketahui, lanjut Dea Guru Arifin, para santri dan mahasiswa PMD Gontor pulang ke Sumbawa sejak awal Maret lalu, belum begitu sebelum merebaknya wabah Corona di Indonesia. Dan hasil pemeriksaan kesehatan, tak satupun santri dan mahasiswa asal Sumbawa tersebut yang terpapar Corona. “Alhamdulillah mereka tidak terjangkit corona. Dan semoga sekembalinya mereka ke Gontor, juga dalam keadaan sehat dan berjalan lancar,” pintanya.
Sementara itu Kadis Sosial Sumbawa melalui Kabid Linjamsos, Mirajuddin ST, mengatakan, semua masyarakat yang akan keluar NTB harus ada bukti sudah dirapid test atau swab. Untuk melakukan rapid test atau swab, sebelumnya harus mengantongi surat pengantar dari Dinas Sosial. Saat rapid test diwajibkan untuk perjalanan keluar Pulau Sumbawa dan gratis untuk pelajar dan mahasiswa, hampir 200-an orang yang datang ke Disos. Setelah ada kebijakan untuk tidak lagi memerlukan rapid test bagi perjalanan di wilayah NTB, yang mengurusnya jauh berkurang. Hanya yang mengurus pengantar Rapid test atau swab ini adalah santri, pelajar atau mahasiswa yang study ke luar NTB termasuk dari PMD Gontor. Secara kolektif, mahasiswa dan santri PMD Gontor ini mengurus surat pengantar rapid test di RSUD Sumbawa maupun swab di Laboratorium Genetik Sumbawa Technopark. Dalam melayaninya, Disos membatasi dan menjadwalkannya. Sebab kemampuan RSUD untuk rapid test setiap harinya hanya 15 orang dan swab di STP hanya 7 orang. Namun dalam kondisi tertentu bisa lebih dari itu. “Sekarang kami agak ketat mengeluarkan surat pengantar, karena informasinya kampus-kampus belum buka. Untuk membuktikannya, kami meminta pemohon terutama mahasiswa untuk menunjukkan bukti panggilan dari kampus bahwa mereka memang harus kembali. “Kalau ke Mataram, hanya surat keterangan sehat dari Puskesmas,” pungkasnya. (SR)
Let's block ads! (Why?)
Komentar
Posting Komentar